Rutinitas malam menjelang tidur selalu menjadi tantangan hebat untukku. Dimana dalam kondisi tubuh letih, membayangkan nikmatnya punggung ini bila telah bertemu kasur harus kutepis jauh- jauh demi masa depan terbaik anak- anakku, menjadi generasi yang mengidolakan Rasulullah dan membara semangat jihad untuk memperjuangkan tegaknya Dinullah seperti yang telah dimenangkan oleh Rasulullah menjelang tutup usianya.
Malam ini Ghaida, Syifa dan Hakim setelah membersihkan diri menuju kamar dan memilih buku yang akan diajukan pada Umi untuk dibacakan.
Padahal malam sebelumnya kami baru memulai buku no.6 dengan judul “Madinah Al-Munawaroh”, dan itupun hanya saya dan Ghaida yang paham. Sedangkan Syifa pasti akan menyerahkan buku sekehendaknya. Dan Hakim senang melihat gambar dari buku yang teh Syifa bawa.
Hakim dengan kerja keras membuka halaman demi halaman buku sambil memperhatikan gambar yang ada. Dia tidak menghiraukan teriakan teteh Syifa yang mencoba mengambil kembali bukunya dengan sedikit memaksa, karena saya berusaha menepis tangan Syifa itu sambil benghiburnya “Ayo teteh Syifa ambil buku yang lainnya… nanti kalo Hakim sudah selesai baca gantian Syifa yang baca" Syifa pun menuruti perkataanku dan mengambil buku lainnya di rak. Namun lagi- lagi Hakim berhasil merebutnya. Dan senjata terakhir adalah membaringkan Hakim dengan minuman penutup yaitu Asi.
Sedangkan Ghaida dengan sabar menanti saya membacakan kelanjutan cerita di buku 6. “ Kakak, Syifa bersikeras ingin baca buku no 16, gimana dong.. boleh yaa kita ikuti keinginan Syifa, karena umi kesulitan membujuknya”, Alhamdulillah Ghaida mau mengalah.
Cerita buku 16 berjudul “Wafatnya Rasulullah” saya bacakan dengan nada datar karena kondisi saya yang masih flu ditambah menahan tangis karena isi buku itu sangat mengharu biru, memaparkan tentang “ Haji Wada (haji perpisahan) yang diikuti 140ribu umat islam dari belahan bumi menjadi tanda kesyukuran mendalam atas kemenangan islam, sempurna lah ajaran islam, Nikmat terbesar telah dirasakan kaum muslimin yaitu berjayanya islam sebagai agama yang diridhoi Allah swt".
Baru beberapa halaman ternyata anak- anak sudah tertidur semua, dan saya melanjutkan membaca untuk sendiri saja.
Dalam haji perpisahan inilah Rasulullah  menyampaikan khutbah berisi mutiara- mutiara nasihat tentang Persaudaraan islam, yaitu bahwa orang- orang berimana adalah bersaudara maka janganlah mengambil harta saudaranya kecuali dengan izin hati ikhlas. Janganlah kamu setelah Aku ( Nabi saw) meninggal nanti kembali pada kekafiran.
Kemudian turunlah wahyu terakhir yaitu Firman Allah swt Qs. AL-Maidah ayat 3. Yang artinya “Pada hari ini, telah aku sempurnakan agamamu, aku cukupkan nikmat-Ku untukmu, dan aku rela islam sebagai agamamu".
Mendengar firman yang disampaikan Nabi saw, Umar bin Khatab menangis terisak- isak, dia berkata “ Dengan turunnya ayat terakhir itu, kita semua sudah berada dalam agama yang benar dan lengkap. Tetapi ya Rasulullah, bukankah jika sesuatu telah sampai pada titik kesempurnaan dan diatasnya itu tidak ada lagi yang lebih sempurna, maka yang akan datang adalah suatu kemunduran?”, Rasulullah menjawab “ Engkau benar, ya Umar”.
Dan Abu Bakar pun memiliki firasat bahwa dengan kesempurnaan amanah yang telah tertunaikan maka sempurna pula keberadaan Nabi di muka bumi, berarti akan dekat waktunya sang Nabi saw kembali pada Sang Pencipta.
Suka cita pun berganti duka cita, ketika Nabi saw akhirnya jatuh sakit (sakit kepala yang sangat berat) selama beberapa hari sampai akhirnya Malaikat izroil sang pencabut nyawa datang meminta ijin kepadanya untuk di kembalikan rohNya pada sang penggenggam nyawa, Nabi Muhammad saw pun wafat.
Kisah akhir kehidupan Nabi saw selalu membuatku tersadarkan akan perjuangan saya sebagai muslimah dalam kondisi kemunduran islam saat ini harus terus mengobarkan sikap optimis bahwa setelah ujian kemunduran ini pasti akan kembali pada kejayaan.
Adapun pada kondisi saya saat ini sebagai pendidik di rumah, tekad bersungguh- sungguh harus mendampingi dan mendidik anak- anak, harus dapat merangkul mereka, berpegangan tangan dengan erat bersama- sama memperjuangkan kebenaran Dinullah. Anak- anak sebagai generasi akhir zaman akan hidup dengan tantangannya sendiri. 
Dengan Homeschooling yang di jalankan oleh Ghaida, Syifa dan Hakim (GHS) di bantu Framework Fitrah Base Education akan mengenalkan islam pada anak dengan keindahannya dan kasih sayang Allah. Menjalani hidup dengan senang dan bahagia bersama Al- Qur’an sebagai teman sejati.
Semoga Saya dan suami dapat menciptakan suasana cinta membaca dan gemar menghafal Al-Qur'an pada anak- anak sampai mereka menjadi Hafidzin dan mendakwahkan islam. Amiiin
Dan kami dapat berkumpul di Syurga dan berjumpa pula dengan para Nabi yang begitu di rindukan anak- anak. Amiin

*sumber bacaan "Muhammad teladanku jilid 16.

Tulisan ini dibagikan untuk #1minggu1cerita di minggu ke 12