Cintaku Berlabuh Di Kampung Halaman

     Pertama Kali yang terlintas dalam benakku mengenai kampung halaman bukanlah kekhasan Banten atau kota Serang melainkan syukurku atas perjodohan yang Allah takdirkan.  Menikah dengan teman kecilku ( sekelas di SD dan SLTA ) membuatku bahagia, karena kami bisa dengan cepat memanggil ingatan di masa kecil, yang antara aku dengan suami punya kenangan berbeda tapi menyatu (sewaktu sekelas kami sangat jarang main bersama, walau pernah menjadi partner di OSIS tapi kami tidak akur). Jika sedang berpapasan dengan kawan lama kami langsung berbaur tak segan bercengkrama.  Rumah orang tua kami hanya selisih kecamatan saja. 
  Pernikahan yang memberikanku banyak saudara bahkan sekampung. Namanya kampung keganteran kecamatan Kasemen.  Di sini unsur kekeluargaan masih sangat kental,  keluarga besar suami dari kakek buyut sebagian besar kumpul di sini dan mempunyai usaha sendiri.  Maka afa istilah orang Serang tak akan pernah lama meninggalkan kampung halaman.  Banyak ladang untuk dijadikan usaha,  melestarikan sumber hayati,  seperti membuat Batu bata,  genteng,  olahan kayu,  bertani,  beternak dan berdagang.  
Bersyukur dapat menetap di kampung suami hingga saat ini.  Di kala suami memulai usaha baru sebagai peternak ayam,   sontak tetangga dan saudara saling mensupport.  Lingkungan sekitar rumah pun kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.  Dan semoga bermula dari rumah kecilku dapat  turut mencetak generasi robbani. Amin
Bermula dari hidup berkeluarga juga saya jadi lebih mengenal kekhasan banten kota Serang.  Tepatnya kami tinggal di jalan Banten Lama km. 4 menuju Tempat bersejarah Banten Lama.  Logat jawa khas Serang ada di sini.  Menu masakan favorit yang khad dalam setiap acara adalah rabeg (seperti gulai tapi bumbu kecap segar cabe rawit), juga ada gerem asem ayam. 
Setiap ada moment dalam tanggalan hijriyah di depan jalan raya ramai bus-bus yang hendak berwisata rohani ke Banten lama dan sekitarnya.  
Dan sisa hidupku pun akan Ku berdayakan di kampung halaman ini.
Aku bisa sangat menikmati peranku saat ini di kampung halaman pun karena jauh sebelumnya yaitu 12 tahun silam aku berstatus perantau di kota ksatria
Selama 4 tahun 6 bulan sebagai mahasiswa S1 Agroteknologi di UNSOED Purwokerto. Teringat kenangan manis di sana selalu membuat rindu kota rantau, walau sebenarnya saat itu di balik keceriaan sebagai mahasiswa aktif namun tersimpan rindu yang mendalam akan keluarga di kampung halaman.  Di mana pada saat itu ayahku sedang sakit-sakitan. Aku paham betul bahwa beliau membutuhkan kehadiranku selain anggota keluarga lainnya.  Bahkan aku belum pernah menjenguk saat beberapa Kali Bapak masuk rumah sehat Holistik di Purwakarta.  Dan Bapak pun belum pernah berkunjung ke Purwokerto karena kondisi fisik beliau yang kurang mendukung untuk pergi jauh berkendaraan bus ( dulu tak terpikirkan untuk nyewa Mobil atau ngerental).  Aku pun berpacu dengan waktu,  hari-hariku selalu dibayang-bayangi wajah bapak yang sangat ingin menyaksikan diriku wisuda. Sampai tiba waktunya aku memasuki detik- detik penentuan kelulusan yaitu berpresentasi hasil penelitian,  dan di saat itu pulalah Bapak kembali pergi ke menghadap Sang pemilik jiwa.  Bapak meninggal dunia  tanggal 27 Januari 2009 tepatnya 1 bulan menjelang kelulusanku.  Pesan beliau akan selalu ku ingat yaitu harus mengaplikasikan ilmu yang sudah kupelajari.

*belum kelar nich...  Dilanjut klo mood yaa

,
#1minggu1cerita