Himmah Fikriyani

Bertepi sejenak untuk menyegarkan pikiran

Serang, Kamis 23 Maret 2017
Tantangan level #3 Family Project
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
󞁓udah belajar family project kan? Yuk kita buat family project ala keluarga kita


📋 Tahap persiapan:

📌Perbanyaklah family forum untuk belanja gagasan proyek apa yg akan anda lakukan.
Di tengah padatnya aktifitas suami , sedikit-sedikit saya selipkan obrolan tentang pengasuhan anak dan parenting.
📌Amati aktivitas kehidupan sehari-hari dan ikat maknanya menjadi proyek keluarga.
📌Tetapkan tujuan proyek ini, sesuaikan dengan rentang usia anak.
📌Diskusikan, sehingga tiap anggota keluarga mempunyai peran masing masing.
Siang tadi,  saat belum punya ide FP (Family  Project), tiba- tiba Ghaida  (5th, 10bulan) datang menghampiri sambil membawa kardus bekas susu kotak , dan berucap "Umi, liat deh ini Kakak bikin Mobil Cobir". Saya mencoba mencerna kalimat itu "Mobil  cobir! ", Aha!!! Dapett nich idenya (teriak Ku dalam hati,  langsung gali idenya),  "Mobil cobir itu Mobil kak? ", "yaa Mobil cobir aja,  nich liat tulisannya ini,  Kakak namain Mobil cobir", jelasnya.  "Ooowh...  Nama mobilnya cobir ya...  Gimana kalo mobilnya di bikin bagus,  ada rodanya,  ada hiasannya... " owh iya yaa mi,  bisa jalan juga pake tali ya.. ", "iya betul Kak...,  gini,  sekarang Kakak yang jadi ratu/ ketua Mobil Cobirnya yang punya ide terus Kakak minta bantuan ke semua orang di rumah,  kita bekerja sama, misalnya umi yg siapin bahan buat bikin rodanya,  Kalo Syifa bantuin apa yaa.. " pancingku.  " Syifa bantuin nyiapin peralatannya aja mi..., nyiapin kertas,  krayon,  lem" jelas Ghaida.  " Ooowh...  Kalau Abi Bantu apa yaa Kak??" Tanyaku yang juga putar otak cari tugas abinya.  "Kalo Abi tugasnya foto-fotoin aja mi.. " (yesss betull banget!  Ide brilian muncul dari anak kecil).  "Kalo Akim kak???" " Akim kan masih kecil mi,  belum bisa bantuin ". "Hmm..  Kalo akim jadi Tim penggembira aja yaa Kak,  dia  kan senang pastinya liat kakak2nya pada sibuk", "iya mi.. " jawab Ghaida mulai paham.

📌Tetapkan waktu pelaksanaannya
Berhubung idenya Ghaida muncul menjelang TPQ jadi rencana awal dikerjakan selepas sholat magrib.  Tapi ternyata harus nengok Kakak yang baru lahiran. Jadi eksekusi nya insya Allah besok,  sepulang sekolah Ghaida.

📋 Tahap pelaksanaan
📌Tuliskan mulai dari proses persiapan sampai saat melaksanakan proyek.
1.Siapkan alat dan Bahan
2. Pembagian Tugas pendamping ratu mobil
3. Bekerja bersama- sama

📌Terlibatlah aktif dari persiapan - proses pelaksanaan - apresiasi selama projek berjalan

📌Tuliskan pengalaman anda membuat projek selama min.10 hari pertama game level 3 kali ini.

📋 Pasca pelaksanaan
📌Lakukan Mastermind sebagai bentuk apresiasi untuk proyek keluarga, apa yang bisa kita dan anak-anak pelajari dari proyek keluarga tersebut.

📌Proyek keluarga bisa dilakukan harian (satu hari satu proyek) atau bersifat single proyek (proyek selama 10 hari)

📝 Ceritakan pengalaman teman-teman semua dalam blog/platform lainnya disertai hashtag:
#TantanganHarike-1.
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

📝Bagi anda yang mengerjakan di blog, tambahkan label:
*Bunda Sayang*
*My family my team*
*Ibu Profesional*
*IIP*

Selamat berkarya bersama keluarga

*AMATI, TERLIBAT, TULISKAN*


🌺 Resume Diskusi Tantangan 10 Hari 🌺

🍄 Begini bunda.. Sy pnya projek lama utk Agnia smpet terpending krn ssuatu hal. Alhamdulillah beberapa hri ini ada kekuatan lgi utk memulai. Yaitu melatih Agnia mengajar murid les.. Apa itu bisa dimasukkan menjadi tugas di game level 3 atau tdk?

🌿Bisa banget bunda Rizka. Project itu bisa berupa apa saja kok

Tp biasanya melibatkan bbrp orang anggota keluarga Bun, bukan hanya 1 org saja.

Namanya juga family projectkan ✅

🍄 Bun, kalo utk yg single dan tinggalnya di kostan, projeknya gmn ya? 🤔

🌿 Nah ini bisa ajak tmn kostan tuk melakukan project keren nih. Anggap saja tmn adalah keluarga kita ✅

🍄 Apakah usia 2,5 tahun bisa diajak untuk berdiskusi apa yang akan di kerjakan atau akan melakukan proyek keluarga apa sja. Atau cukup saya dan suami yang menentukan akan melakukan family project apa.

🌿Wah ini malah biasanya punya ide di luar nalar ortu lho Bun alias ide kreatif. Coba dilibatkan saja Bun, sekalian diobservasi apa yg dia mampu lakukan

🍄 Lalu apakah adiknya juga diajak ikut, mengingat usia nya masih 5 bulan.

🌿Adiknya bisa jd penggembira nih 😄 ✅

🍄 Berarti kl keluarganya cuma ada 3, harus semuanya ya bun? Tidak bs berdua saja ibu dan anak. Soalnya suami pulangnya akhir pekan sj.
🌿 Disesuaikan dengan kondisi saja kalau begitu bunda😉


🍄 Berarti kita buat 10 proyek ya u 10 hari. anak saya br 3,4thn. U rapat keluarga, pelaksanaan proyek dan ditutup aliran rasa harus dlm wkt 1 hari kah?

🌿 Tidak harus 10 proyek Bun. Klo mmg proyeknya berlangsung lebih dr sehari bisa tdk sampai 10 proyek kan ✅

🍄 klu bayi 8bln ga terlibatkan?
Untuk usia 4 dn 5thn kira2 apa saja ya kegiatan ny😁🙈

🌿 kalau masih bayi cukup jadi penggembira saja Bun ...diajak saja tuk melihat proyek keluarga sambil diceritakan dengan sederhana ✅

🍄 Jd g seribet yg dipikirkan ya bun?

Harus mengkolaborasikan ke4 kecerdasan anak secara sengaja

Sebenarnya tanpa disetting2, dg mengalir begitu saja, setiap aktivitas brsama anak kita byk sekali hikmahnya ya bun 😉

Skrg kita belajar hrs lebih pandai menganalisis k4 faktor kecerdasan sang anak 😁

Anak sy br 2thn 5bln, mungkin idenya msh ada di kami ortunya, hanya mungkin keterlibatannya dg diminta kesediaannya terlebih dahulu ya bun?

🌿 Nah betul bunda. Kitalah yg harus jeli mendengarkan celotehan mereka. Karena terkadang celotehan itu bisa jadi ide berharga tuk sebuah proyek keluarga. Dan kecerdasan masing2 anak akan muncul di situ

Pernah juga seperti ini, kami sekeluarga pernah mati gaya saat liburan. Muncullah pertanyaan sy ke anak2..enaknya kita ngapain ya liburan gini. Biasanya anak2 itu langsung saja spontan mengalirkan ide2 hebat mereka. Ada yg mengajak bersih2 rumah, buat rumah kucing, buat rental buku dsb

Pancingan pertanyaan yg sederhana tapi akan melahirkan ide hebat

🍄 Betul bun, bahkan klo dipikir2 family forum sy terbentuk sec tidak sengaja. Dengan kondisi LDM dan sy tinggal bsm anak usia 2 thn, obrolan2 kecil sy namai family forum, setidaknya ada obrolan yg mengandung hikmah 😁😅

🌿 insyaallah obrolan kita dengan anak2 pasti penuh dengan hikmah. Maka tak heran teh Kiki barkiah mengatakan kalau anak2 itu adalah guru kecil bagi orang tuanya ✅

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐


🌹contoh proyek keluarga bu Septi🌹

Indikator sukses pun dibicarakan dulu di forum keluarga, sebelum membuat project. Ini pentingnya konsep SMART di sasaran.

Saya kasih contoh project bersama balita :

Contoh saat anak-anak usia balita :

Muncul pertanyaan dr elan, di family forum

"ibu udah berapa lama makan?"

Udah *jelita* mas, jawab saya sambil ketawa...

Harusnya udah expert dong, kan udah lebih dari 10.000 jam

Iya ya bener juga

Kalimat terakhir elan ini yg menohok

"Karena selama ini ibu sekedar makan"

Muncul ide, Aha! Bagaimana kalau kita bikin project serba serbi makan dalam 1 hari ke depan besok?

Mas mau jadi leadernya? Saya buat topi dan pin bertuliskan "Chef Elan"

Akhirnya kamipun berkreasi membuat aneka meal dan cara makan bersama.

Belanja menyiapkan alat dan bahan

Saya menyiapkan ruangan.

Krn pagi sarapan di meja makan

Siang makan siang pakai daun

Malam , makan dg candle light...

Keesokan harinya ketagihan mau lagi

----------------------
Nah ditahap ini kami buat sasaran :
Specific
Mengajak seluruh anggota kel berpikir kreatif melalui makan

Measurable
Dalam sehari minim ada 2 hal cara makan kreatif

Timebound:
Project ini akan dijalankan selama 1 hari

(Max 3 sasaran saja)

Maka saat mastermind kebahagiaan bisa ditentukam dari tercapai tidaknya sasaran di atas✅

🌹contoh proyek keluarga bu Azizah🌹

1⃣ Klo bunda semua pernah baca tulisan t10 komprod sy yg judulnya puding dan Renovasi, itu juga sebenarnya project keluarga. Idenya pun dari anak2. Suami menyiapkan bahan puding, sy dan anak2 yg mengolah/memasaknya. Semua anak yg menjualnya ..proyeknya hanya berlangsung selama 3 hari dengan tujuan mulia, hasil jualannya tuk ditabung tuk renovasi rumah kami..kebahagiaannya terletak ketika mereka berhasil menjual puding itu dan uangnya dimasukkan ke celengan

Walau uang yg didapat sedikit tp tetap nanti mereka akan merasakan membantu mencari uang tuk renovasi rumah😁. Terharu banget..hiks😢 ✅

2⃣ Pernah kami sekeluarga tamasya dengan naik angkot/busway/kereta atas permintaan anak2. Dan ini dijadikan proyek juga. Kami semua bagi tugas. Karena berpergian dengan 3 anak dengan naik angkot yg berpindah2 itu pasti bunda tau ribetnya ya😅

Padahal misinya sederhana, anak2 cuma mau tau jenis2 transportasi umum dan bagaimana rasanya menaikinya, proses dr mulai naik, turun, membayarnya. ✅

It's My Life

It's  My Life 1

Satu persatu kepingan puzzle kehidupanku mulai tersusun dan terbentuk sebuah gambar yang jelas dan sempurna. Rangkaian peristiwa, kegiatan dan perasaan yang kualami mulai dari masa lalu bermunculan terangkai saling terkait satu dan yang lainnya dengan kehidupanku saat ini, dan mulutku pun berbentuk bulat berucap “ Oooo…, Masya Allah “ dengan mata berbinar- binar.
Kepingan puzzle terakhir yang mengkunci gambar utuh itu kutemukan 8 bulan lalu, yaitu saat musibah kepergian ibu mertuaku (Rahimallaha). Di saat aku memutuskan ingin menjadi seperti beliau sebagai ibu rumah tangga dan ingin mendalami menejement Rumah tangga maka biidznillah Allah mendatangkan komunitas Ibu Profesional untukku menimba ilmu terkait. Dan saat itu pula muncul tekadku ingin membersamai tumbuh kembang anak, menemainya menemukan pribadi sesuai fitrahnya dan mendampinginya menemukan bakat dan passionya dengan bersekolah di rumah.
Melalui belajar di Group Whatsapp HEBaT dan perkuliahan matrikulasi Ibu Profesional berlanjut pada kelas Bunda Sayang yang sekarang sudah masuk materi Komunikasi Produktif dan Melatih Kemandirian Anak, alhamdulillah ketemukan pula strategi dan kurikulum pembelajaran yang siap dijalani Ghaida dan Syifa pada Sekolah rumahnya. Nah inilah gambar puzzle sempurna yang telah terlihat dalam kehidupanku, yaitu membersamai buah hati dalam proses tumbuh kembangnya di awal masa Emas pertamanya yaitu usia 0- 7 tahun.
Di Komunitas HEBAT saya belajar tentang penting dominasi  pendidikan di rumah untuk menjaga Fitrah anak.
Di Komunitas Institut Ibu Profesional pada kelas Matrikulasi saya belajar bagaimana cara menemukan Out came/ hasil akhir kehidupanku; dimulai dari adab belajar, hal apa yang ingin dipelajari dari sisa hidup ini dengan melihat peran yang sedang saya ambil sekarang, menentukan langkah awal ( km 0)  efektif dan efisien dalam mengatur waktu seorang ibu untuk kebutuhan pribadi, pendidikan anak- anak dan sosial di masyarakat.
  Sampai pada kelas bunda Sayang saya belajar tentang cara berkomunikasi produktif dengan diri sendiri, pasangan dan anak- anak. Materi komunikasi produktif ini erat kaitannya dengan maiteri berikutnya yaitu melatih kemandirian, baik itu kemandirian diri pribadi saya, suami dan anak- anak.
Walau pada aplikasinya materi ini masih dilaksanakan dengan lambat, tertatih- tatih, masih banyak lupa dan khilafnya. Insya Allah biidznillah akan terus coba saya praktekan, di repitisi sampai kami terbiasa dan mampu berinovasi.
Catatan penting bagi saya yang sedang mendampingi 3 anak beusia 5th, 3th, dan 1th juga suami yang sedang merintis usaha  sangat perlu support servis saya. Saya sudah ikhlas menerima peran yang sedang dijalani, ikhlas melihat kondisi anak- anak yang mempunyai keunikan masing masing, dan ikhlas menerima kondisi latar belakang suami. Saya sudah dan sedang fokus mendampingi tumbuh kembang anak di usia dininya sesuai fitrahnya yaitu fitrah keimanan, fitrah belajar dan fitrah bakat. Dan saya sudah dan sedang fokus menjadikan pekerjaan domestik lebih efektif dan efisien dengan mengatur jadwal tidur dan bangun tidur lebih awal. Insya Allah, semoga Allah memudahkan urusan saya dalam menjalani peran saya saat ini sebagai wanita karir dibalik layar, amiin.


Tulisan ini untuk 1 minggu 1 cerita dengan tema Bebas, minggu ke 8.

Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Tiba di hari akhir deadline pengumpulan aliran rasa Kelas Bunda Sayang #melatihkemandirian
Aliran Rasa #melatihkemandirian
Menjalani tantangan kedua ini tentang Melatih Kemandirian Anak  membuatku termenung dalam.  Tugas ini sangat-sangat menantang.  Menegur keseriusanku membersamai anak-anak.  Ternyata masih sangat jauh dari ideal keadaan diriku menemani anak2. Dan setelah mencoba memberi tantangan latihan mandiri sambil mengkondisikan hati untuk melihat proses dan hasilnya. Ternyata latihan ini membuat hati haru berseri . Anak usia 5th dan 3th yang hanya kuandalkan untuk menjaga adik dan serius saa belajar ternyata mampu mengerjakan hal yang lebih,  seperti memasak martabak tahu,  ceplok telur,  menyiapkan makannya sendiri,  mencuci piring,  mencuci baju,  dan berlomba membereskan mainannya.
Hakim 1th pun setelah kuoercayai mampu makan sendiri ternyata betul dia mampu makan sendiri walau masih perlu dibantu.
Tantangan kemandirian ini pun membuatku mantap menyambut sekolah Dasar Ghaida di Rumah dengan materi utama yaitu melatih berbagai lini kemandirian (lihat materi dan cemilan tema Melatih Kemandirian).
Akhir kata Semoga Saya dan suami komitmen dan konsisten dalam mendampingi anak-anak, sampai pada saatnya di usia 15th mereka dapat menentukan keberlanjutan penjelajahan keilmuan mereka, Amin .

#AliranRasa
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#IIP


Pentingnya arti sebuah Nama.
Ada yang tau arti dari "Himmah Fikriyani " ??
Nah... Artinya adalah "Semangat Berpikir ".
Ada sejarah berharga dibalik nama cantik ini pastinya yaa..
31 tahun silam bapak tengah berjuang menyelesaikan skripsinya. Terbayang deh kondisi mamah saat itu. Membersamai aktifitas 8 Kakak-kakakku sambil menemani Bapak di depan meja kerja yang didepannya tumpukan buku referensi dan mesin ketik yang sesekali mamah mengelus perutnya yang sudah besar hamil tua sambil berbisik "duhai malaikat kecilku sholih , ayo kita berikan semangat untuk bapak agar tuntas sempurna skripsinya, Pak Rektor sudah tidak sabar ingin menguji bapakmu nak, sebagai mahasiwa teladan menjadi perwakilan kampus di penilaian kualitas kampus (entahlah, apa tuch istilahnya, hehee). Adapun nama Rahman saya tambahkan sendiri untuk mengenang ayahanda.
Dan akhirnya aku punya nama kesayangan panggilan "Ema" (artinya = Isyarat), hhmm mungkin karena saat menemani bapak , mamah berbisik lagi ke arahku yg masih di dalam perut "Duhai putri syurga mamah dan bapak yang anggun sholih kau adalah isyarat, hadiah, penyemangat kami... Lahir dan tumbuh sehat yaa nak, kita semangati bapak biar selesai kuliahnya.
Masya Allah Aku selalu berbunga-bunga jika mamah menceritakan sejarah namaku. Dan aku pasti antusias bila menceritakan kembali pada Anak-anakku nanti. Kelak akan aku katakan "maka dari itu Umi selalu bersemangat menemani kalian belajar, bahkan Umi sekarang merasa menjadi murid dan kalian adalah gurunya. Banyak PR yang harus Umi susun dan selesaikan untuk membahagiakan kalian duhai guruku tersayang.
Dan tak kalah hebatnya nama dari Pangeranku
Yaitu "Rahmatullah". Bila disebut namanya bergetarlah hatiku (jangan bilang lebay yaa), apalagi bila namanya sudah menjadi tema dalam majlis ilmu. Di sebutkan bahwa Layaknya seseorang masuk syurga adalah karena adanya Kasih sayang Allah (Rahmatullah) maka dari itu Mari kita hidup semata mencari perhatian Allah/ keridhoan Allah (Mardhotillah) dengan berusaha mengamalkan al-qur'an dan hadits.
Rahmatullah sebagai Raja imamku bagitu sabar membimbing dan menyemangatiku untuk berjalan seirama menuju SyurgaNYA.
Sehingga berat rasanya mentiadakan nama ayahnya anak- anak dalam nama sekolah baru mereka " GHS RAHMATULLAH homeschooling". Semoga Ghaida Hakim dan Syifa selalu merasakan kehadiran ayah dalam kegiatan belajarnya. Dan semoga Allah meridhoi dan melimpahkan kasih sayang-NYa
, sehingga kami layak berkumpul kembali dalam taman Syurga , Amiin.
Tulisan ini dipersembahkan untuk :
#1minggu1cerita
Menulislah walau 1 minggu hanya 1 cerita. 

Hari ke-10 Tantangan Melatih Kemandirian Anak, 04 Maret 2017


Hari ini menjadi hari ke- 4 saya fokuskan perhatian latihan mandiri anak pada Makan sendiri. Sarapan kali ini saya libatkan Ghaida dan Syifa untuk membuat sarapan. Hal ini memicu semangat anak- anak untuk menyantap makanan hasil masakan sendiri. Kali ini saya siapkan hanya 2 piring. Sepiring berdua untuk Ghaida dan Syifa dan sepiring untuk Hakim.
Ghaida yang tidak suka makan sayuran sengaja saya baurkan dengan Syifa yang hobi sayuran, satu piring nasi dan 1 mangkok berisi capcay kuah. Ghaida hanya menciduk baso dan telor saja sedang Syifa mampu menyantap semua isi mangkuk. Dengan demikian Ghaida akan terbiasa melihat kenikmatan menu sayuran dan beralih menjadi penggemar sayuran, amiiin.
Siang harinya dengan menu yang paling sederhana, yaitu batogar dan nasi, ternyata tidak menyurutkan gairah makan anak- anak (terharu). Dengan perlakuan yang sama dari hari kemarin, saya siapkan piring untuk masing- masing anak, alhamdulillah makan pun habis.
Malam harinya kami menginap di rumah mamah nini tercinta. Kondisi rumah yang ramai telah memecah konsentrasi makan anak- anak. Akhirnya mereka makan sambil bermain mobil- mobilan. Ada tingkah yang tidak biasanya saat bermain dan makan, yaitu saat saya akan menyuapi anak- anak makan ternyata tangan hakim langsung mengambil sendok mendahului suapan dari tangan saya. Yang akhirnya sambil main sambil makan sendiri.
Dan saya perhatikan…. Ternyata seperti ada semangat kompetisi pada pemisahan piring seperti itu. Ini mah kuncinya ada di emaknya dech… mau perhatian atau acuh, mau sibuk dengan anak anak atau menyibukan diri dengan urusan di luar anak- anak, untuk saya yang masih dalam tahap melatih kemandirian makan anak- anak tentu akan  mendapatkan hasil maksimal bila saya FOKUS dengan jadwal makan anak- anak.
 

#GameLevel2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#harike10


Hari ke-8 Tantangan Melatih Kemandirian Anak, 02 Maret 2017.


Di hari ke-8 menjadi hari ketiga melatih anak makan sendiri. Salah satu pemikat makan untuk Syifa yang baru saya sadari adalah dengan mengajaknya memasak dan menyajikan makanannya sendiri, selain itu mengurangi porsi susu formulanya ke botol kecil. Kamis siang saya mengajak syifa masak bersama, dengan menu Tumis capcay baso tahu. Syifa semangat mengirisi baso dan memasukannya ke wajan diikuti Kakak Ghaida turut membantu. Alhamdulillah makan siangpun jadi lebih semangat dan Ghaida minta tambah nasi lagi. Tapi gagal dalam mengakhiri makan. Syifa makannya tidak habis dan Ghaidapun tidak mau menghabiskan sisanya. saya masih kesulitan berkomunikasi produktif dalam mengajak dan menggiring mereka untuk membereskan bekas makannya. 

Saya jadi bisa menilai sikap tegas diri saya pada anak- anak. Saya terlalu lembut dan tidak bisa mengomel jika anak enggan membereskan bekas makannya, padahal itu akan mengajarkan rasa bertanggung jawab anak dalam menuntaskan pekerjaan. 


#GameLevel2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#harike8

Hari ke-9 Tantangan Melatih Kemandirian Anak, 03 Maret 2017.


Memasuki hari ke-3 di tantangan melatih makan sendiri.  Sarapan kali ini bertempat di warung jajan di sekolah Ghaida. Hakim dengan spontan mecidukan sendok ke piring dan makan sendiri dengan sesekali saya suapi. Tapi Syifa tidak mau makan sendiri dan terpaksa saya suapi.
Siang harinya kami makan di rumah Mamah Nini tercinta dengan menu pecel dan pecak bandeng. Lain Syifa beda Ghaida. Syifa dengan senang melahap sayuran pecel ( walau hanya beberapa suapan) sedang Ghaida dia kurang suka sayuran dan ikan. Pilihan makannya terpaksa kupat yang ada dipecel dan nasi kuah sayur asem, ia begitu menikmati menu sederhana itu. Dan Hakim hanya memukul- mukulkan  sendok  dalam pecel, dan banyak menyuap nasi sayur asem.
Makan malam tiba, posisi berada di rumah Kakek. Biasanya saya rada sungkan makan di sana. Teringat akan tantangan latihan makan sendiri, bergerak juga saya siapkan makan malam anak- anak dengan menu sop daging dan tempe goreng. Bersama 2 sepupu piring dibagi 3 bagian, untuk Syifa dan sepupu lelakinya, piring Ghaida dan kakak sepupu perempuannya, dan hakim di dampingi saya. Rumah Kakek yang selalu bersih dan rapi tentu jadi tantangan tersendiri bagi saya untuk sigap mengelap sisa makanan, bahasa jawanya makan acak- acakan itu “ berayaman”. Anak- anak sudah dimintai bantuan untuk menuntaskan makannya dengan memunguti nasi yang bercecer dan menyimpan bekas makan, tidak biasanya mereka menolak ajakan saya dan berlalu bgitu saja setelah makan.  



#GameLevel2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#harike9

Hari ke-7 Tantangan Melatih Kemandirian Anak, 01 Maret 2017.



Hari ke-7 kali ini menjadi hari ke-2 saya fokuskan pada latihan makan mandiri. Karena selama ini saya yang kurang menerapkan kemandirian makan, dan ambil mudahnya untuk menghemat waktu menyuapi Ghaida ( 5th), Syifa ( 3th) dan Hakim ( 1th) sekaligus. Dan diharapkan dengan pemilihan 1 Challenge ini saya jadi lebih seksama memperhatikan kebutuhan asupan gizi anak-anak dan kreatif membuat menu masakan dan cemilan.

Pagi Rabu Syifa dan Hakim tidak sarapan melainkan jajan di warung sayur ( karena baru bangun tidur hanya minum susu). Perjalanan dari rumah ke warung yang lumayan tidak dekat sambil menjadi ajang latihan berjalan Hakim jadi bolak balik warung cukup memakan waktu. Sesampai di rumah saya kelelahan dan lupa dengan sarapan, hanya cemilan alakadarnya saja.
Tiba waktu makan siang. Saya siapkan 3 piring untuk melatih kemandirian makan anak- anak. Dengan menu makan siang : Sayur asem, ikan, tempe. Alhamdulillah Hakim makannya banyak, Ghaida bersisa banyak dan Syifa tidak mau menyentuh makanan, karena Syifa masih ketergantungan dengan susu formula. Ada perasaan sedih melihat anak tidak mau makan, tapi bagaimanapun saya berusaha komitmen melatihnya mandiri makan. 


Malam harinya kami masih ada di rumah Kakek. Abinya anak- anak tak kunjung menjemput dan 2 sepupu Ghaida pun sedang keluar rumah. Saya asyik mengobrol dengan saudara dan anak- anak asyik memainkan mainan sepupu, walhasil kami tidak makan malam, hanya makan gorengan dan hakim makan buah- buahan.


#GameLevel2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#harike7

Hari ke-6 Tantangan Melatih Kemandirian Anak, 28 Februari 2017


Setelah menyimak sharing di kelas bunsay, saya baru memahami maksud tujuan tim fasilitator memberika tugas " tantangan 1 minggu 1 latihan pembiasaan mandiri". Agar bisa lebih fokus pada 1 aktifitas,  bisa mengetahui berbaga faktok pemicu dan kendala aktifitas dan tentunya ini memudahkan kita dalam mendampingi buah hati yang sedang belajar mandiri. dan kali ini saya akan fokus pada Latihan makan mandiri. Dengan tahapan awal:
1. bisa tidak anak makan sendiri,
2. Selanjutnya mampu tidak anak menikmati kegiatan makan, perlu tips dan trik
3. Selanjutnya sadar tidak saat waktu makan sudah tiba
4. Selanjutnya Ada tidak inisiatif anak membuat makanan sendiri jelang waktu makan.

Hari itu, Pagi selasa cuaca gelap dan hujan pun mengguyur bumi. Walhasil Ghaida tidak berangkat sekolah. Mendadak agenda pagi berganti dengan kegiatan baking; membuat martabak mini. Ini adalah pertama kalinya anak- anak berperan langsung jadi kokinya. Ghaida yang langsung berinisiatif mempersiapkan alat dan bahan. Ilmu baru baginya adalah menambahkan air mentah/ kran pada adonan, ia sangat kaget  dan sempat melarang saya, setelah dijelaskan akhirnya dapat memahami juga. Asyiknya masak bareng  adalah jadi punya banyak obrolan disela- sela masak, sambil dengar film nabi- nabi yang diputar di ruangan tv, jadi makin bertambah tema obrolannya.

Tiba waktu makan siang. Saya siapkan 3 piring untuk melatih kemandirian makan anak- anak. Dengan menu makan siang : Sayur asem, ikan, tempe. Alhamdulillah Hakim makannya banyak, Ghaida bersisa banyak dan Syifa tidak mau makan, mungkin sudah kenyang dengan martabak dan susu ndotnya. Malam harinya anak- anak ikut makan bareng abinya. Sedang saya tidak bisa menemani, walhasil abi keasyikan menyuapi anak- anak. Well… perlu diasah terus komunikasi produktifnya dengan pasangan.

Hari ke-5 Tantangan Melatih Kemandirian Anak, 27 Februari 2017

Mengawali hari senin di akhir Februari kuperhatikan list kemandirian anak :
1.       Bisa mandi sendiri
2.       Menyiapkan kebutuhan sekolah sendiri ( Ghaida)
3.       Bisa pakai baju sendiri
4.       Bisa membuat susu sendiri
5.       Bisa makan sendiri (Ghaida, Syifa dan Hakim)
6.       Mencuci piring sendiri
7.       Mencuci baju sendiri
8.       Berhasil menjalankan tugas sebagai putri sampah ( Ghaida) dan putri Bantal (Syifa)
Pagi hari yang selalu menantang adalah saat mempersiapkan kebutuhan Ghaida ke sekolah. Sebagai ibu yang belum cekatan dan level sabarnya masih rendah maka saya terbiasa menyiapkan sendiri keperluan Ghaida. Dan hari ini pun begitu, sudah diberi tahu sekali dua kali akhirnya semua perlengkapannya saya siapkan dan masukkan dalam tas. Sepertinya tantangan ini mulai mundur peringkatnya. Walaupun begitu tidak boleh menyerah untuk terus mengingatkannya. Faktor yang berpengaruh besar adalah waktu bangun tidurnya. Bila Ghaida bisa bangun pagi- pagi pasti ia akan lebih menikmati pagi harinya. Tapi akhir- akhir ini ia sering tidur malam walhasil bangunpun kesiangan.
Siang hari sepulang sekolah, rutinitasnya adalah langsung fokus dengan mainan barunya yang dibeli di sekolah, tidak langsung menyimpan tas dan sepatu pada tempatnya. “ ngng… kakak, tas dan sepatunya disimpan dulu yaa, yuk tambahin bintangnya biar banyak, masih dengan berat hati akhirnya Ghaida mau melakukannya.
Waktu makan siang pun tiba. Saya siapkan 3 piring  untuk anak 5th, 3 th dan 1th, pemandangan yang indah sejak ada tugas melatih kemandirian bunsay ini mulai rutin diterapkan.
Masih mencari kata- kata yang yang tepat untuk membujuk Syifa agar mau menghabiskan makanannya.
Selanjutnya adalah jadwal main air menjelang sekolah TPQ, Ghaida pun mau mencuci baju sendiri tapi tidak tuntas dan akhirnya saya cuci ulang. Padahal udah coba bersembunyi agar tidak ketahuan kalo uminya nyuci ulang, eeeh ketahuan juga “ Umiii itu kan udah dicuci sama Kakak, kok dicuci lagi…?” saya jawab dengan kikuk “ nggak kok kak, ini mau dijemur, kan tadi belum dibilas sama Kakak”.

Berlanjut kegitan berikutnya adalah membantu umi mencuci piring. Tak lupa sebelum kegiatan itu semua mainannya pun dirapihkan terlebih dahulu. Alhamdulillah hari Senin yang indah.


#GameLevel2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#harike5

Hari ke-4, 26 Februari 2017
Tantangan Melatih Kemandirian Anak

Hari ini saya merasakan pahit akibat dari ketidakmadirian saya pribadi di hari kemarin. Hari ini ada agenda wisuda kelas Matrikulasi sekaligus Play date Institut ibu profesioal. dan untuk bacakannya saya menyanggupi membawa sambal goreng. Seharusnya bumbu- bumbu sudah saya siapkan dari kemarin, tapi karena suami sibuk akhirnya agenda belanja di pasarpun gagal dan saya masih berharap suami membelikannya di warung yang jaraknya lumayan jauh bila berjalan kaki. Dan ternyata beliaupun terlupa. Gusti… kenapa saya jadi lupa dengan hari tantangan kemandirian ini. Walhasil di acara bacakan saya hidangkan sambal yang saya beli dari warteg dan nasi alakadarnya. (hehee, ketauan dech…)
Dan untuk perlengkapan anak- anak, semuanya saya siapkan sendiri berhubung saya harus menahan emosi diri karena sang bungsu rewel sedang suami baru pulang dari kerja malam pas saat kami telah siap berangkat  ke play date iip.  Berhubung Ghaida dan Syifa belum terbiasa mandiri tentu perlu arahan dan kesabaran membimbing mereka mempersiapkan semua keperluan dan hari itu saya merasa berat. Seharusnya malam hari sudah dipersiapkan tapi agenda lain menyingkirkan persiapan itu.
Inti dari tantangan hari ke- 4 adalah gagal melatih kemandirian diri saya sendiri dan anak- anak. Ternyata perubahan itu tak semudah membalikan telapak tangan. Butuh konsistensi dan evaluasi. Semoga esok lebih baik lagi. 


#GameLevel2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

#harike4

Hari ke 3, tanggal 25 Februari 2017.
Tantangan Melatih Kemandirian Anak

Seperti biasa  di pagi hari sabtu jadwal Ghaida adalah les mewarnai. Tantangan melatih kemandiriannya yang terselesaikan hanya memakai baju dan menyiapan perlengkapan mewarnai sendiri. 
Pulang les Ghaida langsung main ke rumah kakeknya hingga malam. Padahal jadwal hari itu adalah berkarya membuat peralatan perawatan rambut dari kardus.
Sepulang dari main saya katakan bahwa Kakak sudah melewati hari yang ditunggu-tunggu selama seminggu yaitu membuat peralatan perawatan rambut dari kardus. Konsekuensi kita harus menunggu sampai sabtu depan. Ghaida menangis bahkan menyalahkan Om nya yang menjemputnya sepulang les karena tidak mengantarkannya ke rumah.

Nah inilah moment yang tepat untuk mengajarkan kemandirian psikososialnya. Saya katakan “ Kakak tidak bisa menyalahkan Om. Kakak pasti tidak lupa dengan agenda kita ini, jadi lain kali kakak yang memutuskan untuk langsung pulang ke rumah atau mau mengajak teteh Nada main ke rumah Ghaida. Alhamdulillah diapun tenang. Ternyata cara melatih kemandirian psikososial adalah mengajaknya mengobrol dengan komunikasi yang produktif, semoga bisa konsisten. amin.



#GameLevel2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#harike3

Hari ke 2 , tanggal 24 Februari 2017 
Tantangan Melatih Kemandirian Anak

Hari ini saya sulit fokus belajar mandiri karena sibuk mencari celah dan cara untuk mengajak latihan persiapan lomba mewarnai Ghaida besok. Hari ini saya mencoba menerka kegiatan yang bisa dilakukan mandiri oleh Ghaida (5,8 th) dan Syifa (3, 6 th), sambil melihat list kegiatan mandiri yang ditempel ditembok kamar.
 Alhamdulillah Ghaida bisa masak martabak telor dibantu Syifa. Dari persiapan alat dan bahan, meracik masakan sampai memasak dan menyajiakn nasi di piring bisa dilakukan bersama antara ghaida dan Syifa. Sedangkan saya dan Hakim asyik bermain air pada waktu mencuci piring.
Adanya papan bintang cukup efektif untuk melibatkan anak- anak pada pekerjaan rumah dan melatih kemandirian mereka. Sore harinya saya berpamitan untuk pergi ke TPQ, dan Ghaida atas kemauannya sendiri ingin menambah bintang dengan membantu menyelesaikan menyapu dan mengepel.
Cukuplah hari ini membuat saya bahagia, karena semua pekerjaan biasanya saya bebankan pada diri saya sendiri dan hari ini Ghaida syifa bahka Hakim bisa membantu. Adapun dalam kemandirian belajar ghaida biasanya pada malam hari. Tapi untuk malam ini saya yang harus minta dia latihan mewarnai. Alhamdulillah komunikasi produktif yang terjadi adalah “ Umi harus latihan sekarang, karena besok Kakak mau lomba. Umi mau mewarnai yang bagus agar Kakak bisa mencontoh umi. Walhasil kami pun berlomba menyelesaikan warna sampai Ghaida tertidur dengan posisi duduk memegang krayon didepan kertas gambar. Beda ceritanya bila saya memintanya untuk mewarnai gambar pasti ada banyak iklan sponsor sampai ia mau mewarnai dan itupun jarang tuntasnya. 



Harike2
GameLavel2 
KuliahBunsayIIP 
MelatihKemandirian


#1minggu1cerita

Selamat Membaca

Teman Baikku

Diberdayakan oleh Blogger.
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates