Himmah Fikriyani

Bertepi sejenak untuk menyegarkan pikiran

IBU MANAJER KELUARGA HANDALMatrikulasi Ibu Profesional sesi #6
Motivasi Bekerja Ibu
Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan ibu bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja  yang wajib profesional dalam menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, ternyata memerlukan syarat yang sama, yaitu: kita harus ‘SELESAI’ dengan manajemen rumah tangga kita.
Kita harus merasakan bahwa segala aktivitas di rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga kita yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik akan lebih profesional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Pun jika kita memilih bekerja di ranah publik, hal ini tidak lantas menjadikan pekerjaan di publik sebagai pelarian atas ketidakmampuan kerja kita di ranah domestik.
Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri:
Apakah sebetulnya motivasi kita bekerja?
  • Apakah masih asal kerja demi menggugurkan kewajiban saja?
  • Apakah didasari sebuahkompetisi sehingga selalu ingin bersaing dengan ibu lain atau keluarga lain?
  • Ataulah karena panggilan hatisehingga kita merasa ini adalah bagian dari peran diri sebagai khlaifah Allah di muka bumi?
Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita. Buktinya akan tampak pada hal-hal berikut ini:
  • Jika kita masih asal kerja, maka yang terjadi adalah kita akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi. Kita kakan menganggap pekerjaan-pekerjaan tersebut sebagai beban, bahkan bisa jadi mencari segala cara untuk lari dari kenyataan.
  • Jika didasari oleh rasa berkompetisi, maka yang terjadi kurang lebih sama. Kita akan merasa stress setiap kali melihat ibu lain atau keluarga lain lebih sukses.
  • Sedangkan jika kita bekerja karenapanggilan hati, maka yang terjadi adalah kita akan merasa sangat bergairah dalam menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, kita akan mencari tugas berikutnya dengan rasa bahagia, tanpa mengeluh.

Ibu Manajer KeluargaPeran ibu sejatinya adalah seorang manajer keluarga. Masukkan dulu prinsip ini ke dalam mindset kita.

Saya Manajer Keluarga
Kemudian berpikir dan bersikaplah selayaknya seorang manajer.
  • Hargai diri kita sebagai seorang manajer keluarga. Misal yang paling sederhana: pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas kita sebagai seorang manajer keluarga. Jangan berpenampilan asal-asalan, karena seorang manajer tidak mungkin demikian.
  • Rencanakan segala aktivitas yang akan kita kerjakan baik di ranah domestik (rumah) maupun di ranah publik. Kemudian patuhi rencana yang sudah dibuat tersebut.
  • Buat skala prioritas.
  • Bangun komitmen dan konsistensi dalam menjalankannya.

Menangani Kompleksitas Tantangan
Semua ibu pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di ranah domestik (rumah) maupun di ranah publik (organisasi, tempat kerja). Maka, ada beberapa hal yang perlu kita praktikkan, yaitu:
a. Put First Things FirstLetakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Bagi kita, yang utama tentu saja suami dan anak-anak. Maka buatlah perencanaan sesuai dengan skala prioritas tersebut setiap harinya. Jika perlu, aktifkan fitur gadget kita sebagai alat bantu organizer dan reminder kegiatan kita.
b. One Bit At a Time
Apakah itu one bit at a time? Maksudnya adalah:
– Lakukan setahap demi setahap
– Lakukan sekarang– Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan
c. Delegating
Delegasikan tugas yang bisa didelegasikan. Entah itu kepada anak-anak yang sudah lebih besar, atau ke asisten rumah tangga kita. Ingat, kita adalah manajer. Jadi bukan menyerahkan begitu saja tugas kita kepada orang lain, melainkan kita buat terlebih dahulu panduannya, kemudian kita latih orang lain tersebut, dan biarkan orang lain patuh pada aturan kita.
Latih – percayakan – tingkatkan – latih lagi – percayakan lagi – tingkatkan lagi – dan begitu seterusnya.
Khusus untuk urusan pendidikan anak, karena hal tersebut adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka jika kita memilih untuk mendelegasikan urusan pendidikan anak ini kepada pihak lain, usahakan jadi pilihan yang terakhir. Maksudnya, upayakan dulu segala cara supaya urusan pendidikan anak sebisa mungkin tetap dipegang oleh kita sebagai ibu. Kalaupun ada pihak lain, bisa jadi bentuknya bukanlah delegasi melainkan kolaborasi, dimana kita masih tetap terlibat dalam mendidik anak, karena memang itu tanggung jawab utama kita. Misal dengan cara pihak lain tersebut diberikan training dulu, diajarkan, sehingga sesuai dengan standar dan arahan kita, demi menuju tujuan yang sudah kita bangun bersama suami.

Perkembangan PeranKadang ada pertanyaan,
“Mengapa saya belum mahir menjadi seorang manajer keluarga padahal rasanya sudah lama menjadi seorang ibu?”
Nah ini menarik. Sebetulnya, jika kita sudah melewati 10.000 jam terbang, seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumah tanggaan. Tapi mengapa masih belum terasa ahli? Tentu bisa jadi.. karena selama ini KITA MASIH SEKADAR MENJADI IBU.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas diri agar tidak sekadar menjadi ibu lagi, antara lain:
  • Jika saat ini kita masih menjadi kasir keluarga, yang setiap suami gajian, kita terima uangnya, kita catat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis sementara gajian bulan berikutnya masih panjang. Maka apa yang harus kita lakukan untuk mengembangkan diri? TINGKATKAN ILMU KITA DI BIDANG PERENCANAAN KEUANGANsehingga kita tidak hanya menjadi kasir keluarga, melainkan menjadi manajer keuangan keluarga.
  • Jika saat ini kita masih menjadi tukang masak keluarga yang tugasnya memasak keperluan makan keluarga, dan masih sekadar menggugurkan kewajiban saja bahwa ibu itu ya memang sudah seharusnya masak. Tentu hal itu cepat atau lambat akan membuat kita merasa jenuh di dapur. Maka apa yang harus kita lakukan untuk mengembangkan diri? TINGKATKAN ILMU KITA MENGENAI MANAJEMEN GIZI. Sehingga terjadilah perkembangan peran. Misal menu makanan untuk 10 hari ke depan sudah kita rencanakan, bahkan bahan masakannya pun sudah tertata rapi di kulkas sehingga ketika datang waktu masak, semua proses penyediaan makanan berjalan lebih efektif, bahkan seluruh anggota keluarga bisa mewakilkan kita untuk melakukan tugas sebagai tukang masaknya. Apakah peran kita berkembang? Tentu, di saat itu tiba, kita tengah berubah peran dari tukang masak keluarga menjadi manajer gizi keluarga.
  • Jika saat ini kita masih menjadi tukang antar jemput anak ke dan dari sekolahnya, yang nyatanya tidak membuat kita semakin pintar dalam urusan pendidikan anak karena justru aktivitas rutin yang terselip dari agenda antar jemput anak tersebut adalah banyaknya ngobrol tidak jelas arah antar sesama ibu-ibu yang sama-sama sedang jadi tukang antar jemput anak sekolah. Maka apa yang harus kita lakukan untuk mengembangkan diri? TINGKATKAN ILMU KITA MENGENAI PENDIDIKAN ANAK. Sehingga peran kita pun berkembang lagi menjadi manajer pendidikan anak. Anak-anakpun pasti semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan, tidak harus selalu di jalur formal.
  • Lalu cari peran lagi yang saat ini sedang dilakukan, kemudian tingkatkan, tingkatkan, sehingga berkembanglah peran tersebut menjadi peran baru yang lebih profesional.

Jangan sampai kita, seorang ibu, yang seharusnya menjadi manajer keluarga handal, justru terbelenggu dengan rutinitas, baik di ranah domestik maupun di ranah publik, sehingga kita lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.
Jika terjadi demikian, akhirnya yang muncul adalah kita bukannya meningkatkan jam terbang melainkan sebuah pengulangan aktivitas dari hari ke hari. Sehingga kita tertipu, seakan-akan sudah puluhan ratusan atau bahkan ribuan jam, padahal hanya segitu segitu saja, karena satu aktivitas diulang-ulang tanpa adanya peningkatan yang berarti.
Ingatkan pada diri kita, hanya ada 2 pilihan, yaitu: BERUBAH atau KALAH!
Salam Ibu Profesional.
Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional.

Aliran Rasa tentang Observasi gaya Belajar Anak...
Dengan adanya waktu yang difokuskan untuk mendengar,  melihat Dan menyelami membuat saya kembali bersyukur Dan menikmati anugerah terindah permata hati.  Anak-anak dengan kesempurnaan fisik dan fitrah belajarnya yang utuh seolah berdemo padaku "Hai Umi!  Lihatlah,  perhatikanlah aku,  temanilah aku bermain,  bimbinglah dan munculkanlah kecerdasanku dengan gayaku ini...
Tugas ini menyadarkan aku akan pentingnya Umi dan Abinya turut serta bermain bersama mereka,  bukan menjadi bos mereka,  dengan mudahnya berkata "hai kesini nak..  Belajar yuk belajar,,  sini ngaji yuk ngaji.. " Karena mereka Ada pada dunianya,  maka masuklah pada dunia mereka yaitu bermain.
Auditori,  Visual Dan kinestetik hanya pengantar saja,  saat moody belajarnya sudah muncul maka serta merta fitrah belajarnya beraksi.
Pada bidang matematika Ghaida Dan Syifa perlu gaya kinestetik,  belajar Bahasa Dan menghafal al-Qur'an dibutuhkan gaya Auditori visual.  Bidang sains sangat terbantukan dengan auditori,  visual Dan kinestetik.

Setelah kita mengetahui gaya belajarnya,  selanjutnya adalah menumbuhkan gairah belajar mereka lalu menfasilitasinya. Hayulah... Pancing rasa ingin tahu mereka (intellectual curiousity), bebaskan mereka melakukan seni penelitian dan penemuan sederhana (art of discovery and invention), dukung mereka saat menemukan imajinasi kreatif  (creative imagination).
Pada akhirnya fitrah suci belajar mereka akan berbuah sikap mulia berupa akhlak pembelajar (noble attitude).

PR bertambah : Bersabar membersamai anak lanang.

Tugas : Mengamati Gaya Belajar Anak
Tanggal : Ahad, 30 April 2017
Kegiatan :Menirukan tayangan du video
Hasil : Ghaida ( Audio visual), Syifa (Audio kinestetik)

Hari itu sepulang dari rumah nenek, Ghaida tidak biasanya minta pake baju pendek (yukensi), main dandan2an dilanjut nyanyi- nyanyi menirukan tayangan yang ada di video.
Tayangan itu nyanyian nasyid yang dibawakan Serunai Mafaza, tapi anak- anak begitu menikmati lafu dengan pakaian yang tidak sama dengan di video ( efek nonton film kartun), ya sudah deh Umi ikuti saja…
Mereka Asyik menirukan gaya penyanyi sambil mulutnya ikut menyanyikan lirik yang belum mereka hafal. Ghaida begitu serius, ingin sama persis gerakannya, sampai saua sengaja pindahkan lagu yang lain uang gambarnya kurang jelas, ternyata dia protes berat! “Gak mau lagu itu u, gambarnya kecil, gak keliatan gerakannya”. Nah, gaya visualnya Ghaida tidak mau diganggu.
Beda halnya Syifa, dia tetep asyik saja menirukan gaya di video, tapi pandangan nya tidak sefokus Ghaida, dia enjoy mengikuti irama dan goyang sepenglihatannya saja. Sesekali dia berbeda. Pendengaran menjadi no. 1 untuk gayanya Syifa. 

Tugas : Mengamati Gaya Belajar Anak #9
Tanggal : Jum’at, 28 April 2014
Kegiatan : Menggambar
Hasil : Ghaida ( Visual), Syifa (Visual)

Kegiatan menggambar kali ini berkaitan dengan moody berjualan Ghaida. Dia sudah punya 8 gambar yang laku dijual. Kualitas gambar anak2 usia 5 tahun termasuk biasa- biasa saja. Saya mengajukan permintaan pada Ghaida Kali ini yaitu melihat dan menirukan gambar baru yang ada di hp
Rupanya dia masih kesulitan untuk.menggambar orang dengan posisi memegang balon sambil kepala mendongak ke atas.
Ghaida tiba- tiba.tantrum, kesal karena hasil gambarnya “gagal" menurutnya.
Untuk menenangkannya saya ambil secarik kertas dan melatihnya dalam step by step menggambar orang dengan pose tertentu dan lingkungan sebagai latarnya.Tapi ternyata rengekan Ghaida semakin menjadi karena gambar muka orangnya tidak sama dengan yang ada di hp.
Akhirnya saya mengajaknya untuk istirahat dulu, makan siang agar pikiran lebih tenang.
Adapun Syifa, dia sibuk menggambar orang sesuai imajinasinya saja (sangat detail menggambarkan bagian tubuh,  misal tangan jarinya ada 5, mulut giginya banyak) tidak tertarik dengan gambar kakaknya apalagi yg ada di hp.
Melihat kasus ini Ghiada dan Syifa termasuk pada gaya Visual yang menyukai hal yang detail saja, sedang kerapihannya mereka belum mempedulikan.

*mohon maaf, gambarnya tertinggal di rumah sodara, belum sempat di foto

#1minggu1cerita

Selamat Membaca

Teman Baikku

Diberdayakan oleh Blogger.
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates