Himmah Fikriyani

Bertepi sejenak untuk menyegarkan pikiran

Dibalik jodohku

Saat gelar “IBU” tertulis dalam sejarah hidup, maka langkah yang harus ditempuh adalah *Siap berjuang dalam kondisi apapun*, semangat belajar untuk menyemai kebahagiaan berbalut ketabahan bukti syukur atas nikmat yang telah Allah limpahkan.

Dan 6 tahun berlalu saya bertitle ibu, kini  ada *2 putri (Ghaida 6th, Syifa 4th) dan 1putra (Hakim 1th 8bulan)* . Alhamdulillah wa Syukurillah…

Mengenang 31 tahun lalu…  Alkisah, hiduplah dua orang ibu dalam 1kota beda kecamatan sedang mengandung buah hati. Ibu pertama berjuang gigih dimasa kehamilannya ke -4 walau dengan minimal support sang suami,  anak laki-lakinya bernama *Rahmatullah* (Kasih Sayang Allah) pun terlahir. Selang 3 bulan berikutnya ibu kedua melahirkan anak perempuan bernama *Himmah Fikriyani* (Semangat berfikir), nama panggilan sayang *Ema* dimana ibu kedua menjadikan kehamilan yg ke-8 nya sebagai hadiah untuk sang suami yang sedang menyelesaikan skripsi.

7 tahun berikutnya kedua ibu sama2 menyekolahkan anaknya di SD yang sama. Rahmat dan Ema walaupun satu kelas tapi tidak akrab hanya saling kenal saja. Rahmat yang pendiam hanya bisa memandangi Ema sang periang, cerewet dan suka ngatur2 dari bangku pojok belakang. Begitu seterusnya sampai masa SD usai.
Di jenjang menengah pertama Ema melanjutkan ke Mts seyayasan SDnya. Sedang Rahmat melanjutkan ke Mts berbeda. Tiga tahun berlalu beralih ke masa pendidikan menengah atas. Ema pemilih pondok pesantren atas kemauan sendiri, yang ternyata dia bertemu lagi dengan Rahmat dalam 1 kelas, dan yang lebih mencengangkan Rahmat sang pendiam ternyata sangat aktif di kelas juga di Kegiatan pondok lainnya, dia bak bintang di kalangan santriwati. Sontak Ema mengaguminya tapi juga mencibir dalam hati “Haah Rahmat segitunya dia terkenal kayak artis disini, padalah duluu waktu SD prestasi dia jauh dibelakangku”. Persaingan prestasi Rahmat Ema pun dimulai…. Dia yang bergaya cool, sangat jarang terlihat serius belajar dan menghafalnya sering membuat Ema kesal karena Ema harus berjuang penuh, bergaya rajin belajar dikelas untuk menyingkirkan kedudukan prestasinya Rahmat. Bahkan Ema pernah Nangis histeris diruangan kelas belakang karena dia tidak terima dengan rengking 5, jauh dibelakang Rahmat yang rengking 1.
Ema yang jaim dan Rahmat yang ramah pada semua santriwati kecuali pada Ema, mereka bak langit dan bumi. Saat Rahmat menjabat sebagia ketua Osis dan Ema Sekertarisnya rasanya sangat-sangat jarang mereka rapat serius karena memang keduanya punya gaya komunikasi berbeda dan ujung2nya bikin jengkel Ema!
Tiga tahun berlalu, 2004 mereka masing- masing melanjutkan sekolah perguruan tinggi yg berbeda.
Tahun 2004 handphone jadul mulai ramai, teman- teman sudah pada punya no hp begitupun Rahmat yg kuliah di STIE SERANG,  sedang Ema yang kuliah jauh di Purwokerto yakni Fak. Pertanian, jurusan Budidaya pertanian, program studi Pemuliaan Tanaman, sampai tahun kedua reunian belum punya HP, Rahmat saat reuni selalu mendesak Ema untuk punya HP agar komunikasi antar alumni tetap terjalin, yang membuat Ema malu karena belum juga terbeli HP karena faktor ekonomi yang pas-pasan saat kuliah. Tapi Ema yaa tetap menepis dengan gaya jaimnya.
Pada akhirnya rezeki punya HP tiba, ada manfaat juga tidak sedikit madharatnya dari HP itu. Salah satunya Ema harus meladeni berkali-kali sms dan telpon dari Rahmat yang sering curhat n minta solusi atau motivasi hidup, dan tak jarang dia curhat tentang kelemahanya dalam menjaga pandangan.  buat Ema saat itu malah dijadikan kesempatan untuk menasihati pergaulan Rahmat yang harus diluruskan. Sampai akhirnya Ema merasa kurang nyaman dengan kehadiran sms dan telpon dari Rahmat yang terbilang intens dan mencoba menghindar darinya karena khawatir ada virus Merah jambu berbalut hawa nafsu menondai jalan masa depan Ema yang sudah di azzamkan akan memulainya dengan jalan yang suci tanpa pacaran. Walaupun sesekali masih suka bertemu karena ada acara Alumni dan sudah  sangat jarang ber HP an. Tepatnya itu setelah lulus kuliah, Ema melanjutkan *4 bulan kerja di Lab kultur jaringan tanaman Perkebunan Propinsi banten di Kramat Watu Serang* . Masa- masa mencekam kerja di lab kuljar karena suasana kerja yang sepi dari keramaian selain canda gurau ibu bapak pegawai dan tugas kantor yang nyaman. Sedang Rahmat, dia membantu pekerjaan bapaknya sebagai wirausaha bidang bahan bangunan.
Di dunia kerja sesuai bidang kuliah itu Ema bergelut batinnya antara bertahan ditempat kerja yang tidak sesuai minat kata hatinya atau keluar dan beralih profesi yang sesuai passionnya.
Akhirnya Ema pun nekad menuju passionnya dan melepas gelar S.P- nya, menjadi Guru SD yang begitu menyenangkan dan menghibur. walau ia harus melewati masa pengerjaan administrasi sekolah yang melelahkan yang kurang disukainya.
Suatu hari di moment kegiatan alumni Ema bertemu lagi dengan Rahmat, dan Rahmat pun bertanyalah “Ema, apa sih alasan kamu bekerja?”, Ema menjawab dengan santai nya “Yaa karena ada kesempatan, mumpung belum nikah, karena setelah nikah belum tentu suami saya mengizinkan saya bekerja, selain itu ini sebagai pengalaman hidup juga", Rahmat hanya mengangguk-anggukan kepala, entah apa maksudnya.

Sampai suatu hari….
Ema berpikir, berpikir dan teruuss berpikir keras. Bepikir akan adanya rasa bahagia saat bertemu, rasa rindu saat berjauhan, dan rasa kecocokan untuk saling melengkapi, yup dengan Rahmat!, Seperti ada harap dan asa bila mendengarkan cerita dari teteh kandungku yang mendadak jadi teman dekatnya Rahmat.
Sepertinya dia pun punya rasa yang sama. Namun Rahmat masih menganggap Ema adalah orang yang hebat yang pernah dikenalnya sewaktu SD seolah melupakan potensi positifnya saat SLTA, diapun merasa minder pada Ema.

Akhirnya tiba waktu Ema bertekad membuka lembaran baru menyongsong masa depan, mempertahankan kekuatan ikatan suci tanpa pacaran menuju gerbang pernikahan. Ema mencoba menutup hati akan Rahmat, ia ingin mendapatkan jodoh terbaik menurut Allah bukan mengikuti hasutan Syetan. Ia pun mendatangi para guru  senior di Sekolah untuk di carikan jodoh. Selang beberapa hari berdatanganlah info seputar ikhwan yang siap menikah, namun masih memilah dan prinsip Ema.”Siapapun ikhwan yang datang, harus diterima bagaimanapun kondisinya yg penting keluarga setuju. Sampai akhirnya Ema memenuhi panggilan guru senior untuk menyampaikan kabar baik serupa yang sebelumnya keluarga tidak menyetujui. Kabar kedua itu membuat Ema mernganga tak percaya, antara mimpi dan kenyataan, karena ikhawan yang dimaksudkan guru itu adalah temanku Rahmat. Dan 2010 Mereka mengikat janji suci.
Demikian cerita happy ending nya… :D

Hikmah dari pertemanan ini, saya jadi lebih menerima kekurangan suami dan bahagia mensyukuri kelebihannya. Sampai sekarang saya masih belajar berkomunikasi produktif dgn suami n anak2.

Awal kenal IIP th 2011 setelah cuti mengajar selamanya karena melahirkan Ghaida. Tapi info IIP belum banyak, sampai saya nulis profil fb “bekerja di IIP", yg sy maksudkan adalah IIP pribadi saja, ternyata IIP itu benar2 sekolah para ibu yg ingin menjadi profesional.
Alhamdulillah bisa mendapatkan info kelas matrikulasi bach 2 di Fp Institut Ibu Profesional, itu bertepatan dgn masa berkabung kematian Ibu mertua. Ibu mertuaku sangat bersahaja, walaupun hanya dirumah saja, kemurahan hatinya pada saudara, tetangga begitu besar, terlebih perhatiannya pada kebutuhan fisik suami dan  anak2nya. Di IIP ini saya menemukan 2 karakter berbeda antara ibu mertua dan ibu sendiri yang bisa disatukan, yup ibarat 2 mata koin yang tidak bisa dipisahkan “dirumah oke, di masyarakat Oke" Saya harus terus berjuang menjadi ibu profesional.
Oiy aktifitas saya saat ini membersam
ai anak2 dan mengajar TPQ terdekat
* tugas taaruf iip, dibagikan untuk #1minggu1cerita

Mendapat tantangan judul Tema di Minggu ke - 27  1minggu1cerita yaitu " USAHA TERBAIK",
Nah nyentil banget temanya, langsung menunjuk ke diri sendiri akan ikhtiar "Khusnul Khotimah, usaha terbaik apa yang sudah saya siapkan dan kerjakan agar Allah Ridho dan mewafatkan saya dalam keadaan Khusnul Khotimah.... lanjut lagi ngetik ( disetorin dulu ya min...) :D

IBU MANAJER KELUARGA HANDALMatrikulasi Ibu Profesional sesi #6
Motivasi Bekerja Ibu
Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan ibu bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja  yang wajib profesional dalam menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, ternyata memerlukan syarat yang sama, yaitu: kita harus ‘SELESAI’ dengan manajemen rumah tangga kita.
Kita harus merasakan bahwa segala aktivitas di rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga kita yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik akan lebih profesional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Pun jika kita memilih bekerja di ranah publik, hal ini tidak lantas menjadikan pekerjaan di publik sebagai pelarian atas ketidakmampuan kerja kita di ranah domestik.
Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri:
Apakah sebetulnya motivasi kita bekerja?
  • Apakah masih asal kerja demi menggugurkan kewajiban saja?
  • Apakah didasari sebuahkompetisi sehingga selalu ingin bersaing dengan ibu lain atau keluarga lain?
  • Ataulah karena panggilan hatisehingga kita merasa ini adalah bagian dari peran diri sebagai khlaifah Allah di muka bumi?
Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita. Buktinya akan tampak pada hal-hal berikut ini:
  • Jika kita masih asal kerja, maka yang terjadi adalah kita akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi. Kita kakan menganggap pekerjaan-pekerjaan tersebut sebagai beban, bahkan bisa jadi mencari segala cara untuk lari dari kenyataan.
  • Jika didasari oleh rasa berkompetisi, maka yang terjadi kurang lebih sama. Kita akan merasa stress setiap kali melihat ibu lain atau keluarga lain lebih sukses.
  • Sedangkan jika kita bekerja karenapanggilan hati, maka yang terjadi adalah kita akan merasa sangat bergairah dalam menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, kita akan mencari tugas berikutnya dengan rasa bahagia, tanpa mengeluh.

Ibu Manajer KeluargaPeran ibu sejatinya adalah seorang manajer keluarga. Masukkan dulu prinsip ini ke dalam mindset kita.

Saya Manajer Keluarga
Kemudian berpikir dan bersikaplah selayaknya seorang manajer.
  • Hargai diri kita sebagai seorang manajer keluarga. Misal yang paling sederhana: pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas kita sebagai seorang manajer keluarga. Jangan berpenampilan asal-asalan, karena seorang manajer tidak mungkin demikian.
  • Rencanakan segala aktivitas yang akan kita kerjakan baik di ranah domestik (rumah) maupun di ranah publik. Kemudian patuhi rencana yang sudah dibuat tersebut.
  • Buat skala prioritas.
  • Bangun komitmen dan konsistensi dalam menjalankannya.

Menangani Kompleksitas Tantangan
Semua ibu pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di ranah domestik (rumah) maupun di ranah publik (organisasi, tempat kerja). Maka, ada beberapa hal yang perlu kita praktikkan, yaitu:
a. Put First Things FirstLetakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Bagi kita, yang utama tentu saja suami dan anak-anak. Maka buatlah perencanaan sesuai dengan skala prioritas tersebut setiap harinya. Jika perlu, aktifkan fitur gadget kita sebagai alat bantu organizer dan reminder kegiatan kita.
b. One Bit At a Time
Apakah itu one bit at a time? Maksudnya adalah:
– Lakukan setahap demi setahap
– Lakukan sekarang– Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan
c. Delegating
Delegasikan tugas yang bisa didelegasikan. Entah itu kepada anak-anak yang sudah lebih besar, atau ke asisten rumah tangga kita. Ingat, kita adalah manajer. Jadi bukan menyerahkan begitu saja tugas kita kepada orang lain, melainkan kita buat terlebih dahulu panduannya, kemudian kita latih orang lain tersebut, dan biarkan orang lain patuh pada aturan kita.
Latih – percayakan – tingkatkan – latih lagi – percayakan lagi – tingkatkan lagi – dan begitu seterusnya.
Khusus untuk urusan pendidikan anak, karena hal tersebut adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka jika kita memilih untuk mendelegasikan urusan pendidikan anak ini kepada pihak lain, usahakan jadi pilihan yang terakhir. Maksudnya, upayakan dulu segala cara supaya urusan pendidikan anak sebisa mungkin tetap dipegang oleh kita sebagai ibu. Kalaupun ada pihak lain, bisa jadi bentuknya bukanlah delegasi melainkan kolaborasi, dimana kita masih tetap terlibat dalam mendidik anak, karena memang itu tanggung jawab utama kita. Misal dengan cara pihak lain tersebut diberikan training dulu, diajarkan, sehingga sesuai dengan standar dan arahan kita, demi menuju tujuan yang sudah kita bangun bersama suami.

Perkembangan PeranKadang ada pertanyaan,
“Mengapa saya belum mahir menjadi seorang manajer keluarga padahal rasanya sudah lama menjadi seorang ibu?”
Nah ini menarik. Sebetulnya, jika kita sudah melewati 10.000 jam terbang, seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumah tanggaan. Tapi mengapa masih belum terasa ahli? Tentu bisa jadi.. karena selama ini KITA MASIH SEKADAR MENJADI IBU.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas diri agar tidak sekadar menjadi ibu lagi, antara lain:
  • Jika saat ini kita masih menjadi kasir keluarga, yang setiap suami gajian, kita terima uangnya, kita catat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis sementara gajian bulan berikutnya masih panjang. Maka apa yang harus kita lakukan untuk mengembangkan diri? TINGKATKAN ILMU KITA DI BIDANG PERENCANAAN KEUANGANsehingga kita tidak hanya menjadi kasir keluarga, melainkan menjadi manajer keuangan keluarga.
  • Jika saat ini kita masih menjadi tukang masak keluarga yang tugasnya memasak keperluan makan keluarga, dan masih sekadar menggugurkan kewajiban saja bahwa ibu itu ya memang sudah seharusnya masak. Tentu hal itu cepat atau lambat akan membuat kita merasa jenuh di dapur. Maka apa yang harus kita lakukan untuk mengembangkan diri? TINGKATKAN ILMU KITA MENGENAI MANAJEMEN GIZI. Sehingga terjadilah perkembangan peran. Misal menu makanan untuk 10 hari ke depan sudah kita rencanakan, bahkan bahan masakannya pun sudah tertata rapi di kulkas sehingga ketika datang waktu masak, semua proses penyediaan makanan berjalan lebih efektif, bahkan seluruh anggota keluarga bisa mewakilkan kita untuk melakukan tugas sebagai tukang masaknya. Apakah peran kita berkembang? Tentu, di saat itu tiba, kita tengah berubah peran dari tukang masak keluarga menjadi manajer gizi keluarga.
  • Jika saat ini kita masih menjadi tukang antar jemput anak ke dan dari sekolahnya, yang nyatanya tidak membuat kita semakin pintar dalam urusan pendidikan anak karena justru aktivitas rutin yang terselip dari agenda antar jemput anak tersebut adalah banyaknya ngobrol tidak jelas arah antar sesama ibu-ibu yang sama-sama sedang jadi tukang antar jemput anak sekolah. Maka apa yang harus kita lakukan untuk mengembangkan diri? TINGKATKAN ILMU KITA MENGENAI PENDIDIKAN ANAK. Sehingga peran kita pun berkembang lagi menjadi manajer pendidikan anak. Anak-anakpun pasti semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan, tidak harus selalu di jalur formal.
  • Lalu cari peran lagi yang saat ini sedang dilakukan, kemudian tingkatkan, tingkatkan, sehingga berkembanglah peran tersebut menjadi peran baru yang lebih profesional.

Jangan sampai kita, seorang ibu, yang seharusnya menjadi manajer keluarga handal, justru terbelenggu dengan rutinitas, baik di ranah domestik maupun di ranah publik, sehingga kita lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.
Jika terjadi demikian, akhirnya yang muncul adalah kita bukannya meningkatkan jam terbang melainkan sebuah pengulangan aktivitas dari hari ke hari. Sehingga kita tertipu, seakan-akan sudah puluhan ratusan atau bahkan ribuan jam, padahal hanya segitu segitu saja, karena satu aktivitas diulang-ulang tanpa adanya peningkatan yang berarti.
Ingatkan pada diri kita, hanya ada 2 pilihan, yaitu: BERUBAH atau KALAH!
Salam Ibu Profesional.
Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional.

Aliran Rasa tentang Observasi gaya Belajar Anak...
Dengan adanya waktu yang difokuskan untuk mendengar,  melihat Dan menyelami membuat saya kembali bersyukur Dan menikmati anugerah terindah permata hati.  Anak-anak dengan kesempurnaan fisik dan fitrah belajarnya yang utuh seolah berdemo padaku "Hai Umi!  Lihatlah,  perhatikanlah aku,  temanilah aku bermain,  bimbinglah dan munculkanlah kecerdasanku dengan gayaku ini...
Tugas ini menyadarkan aku akan pentingnya Umi dan Abinya turut serta bermain bersama mereka,  bukan menjadi bos mereka,  dengan mudahnya berkata "hai kesini nak..  Belajar yuk belajar,,  sini ngaji yuk ngaji.. " Karena mereka Ada pada dunianya,  maka masuklah pada dunia mereka yaitu bermain.
Auditori,  Visual Dan kinestetik hanya pengantar saja,  saat moody belajarnya sudah muncul maka serta merta fitrah belajarnya beraksi.
Pada bidang matematika Ghaida Dan Syifa perlu gaya kinestetik,  belajar Bahasa Dan menghafal al-Qur'an dibutuhkan gaya Auditori visual.  Bidang sains sangat terbantukan dengan auditori,  visual Dan kinestetik.

Setelah kita mengetahui gaya belajarnya,  selanjutnya adalah menumbuhkan gairah belajar mereka lalu menfasilitasinya. Hayulah... Pancing rasa ingin tahu mereka (intellectual curiousity), bebaskan mereka melakukan seni penelitian dan penemuan sederhana (art of discovery and invention), dukung mereka saat menemukan imajinasi kreatif  (creative imagination).
Pada akhirnya fitrah suci belajar mereka akan berbuah sikap mulia berupa akhlak pembelajar (noble attitude).

PR bertambah : Bersabar membersamai anak lanang.

Tugas : Mengamati Gaya Belajar Anak
Tanggal : Ahad, 30 April 2017
Kegiatan :Menirukan tayangan du video
Hasil : Ghaida ( Audio visual), Syifa (Audio kinestetik)

Hari itu sepulang dari rumah nenek, Ghaida tidak biasanya minta pake baju pendek (yukensi), main dandan2an dilanjut nyanyi- nyanyi menirukan tayangan yang ada di video.
Tayangan itu nyanyian nasyid yang dibawakan Serunai Mafaza, tapi anak- anak begitu menikmati lafu dengan pakaian yang tidak sama dengan di video ( efek nonton film kartun), ya sudah deh Umi ikuti saja…
Mereka Asyik menirukan gaya penyanyi sambil mulutnya ikut menyanyikan lirik yang belum mereka hafal. Ghaida begitu serius, ingin sama persis gerakannya, sampai saua sengaja pindahkan lagu yang lain uang gambarnya kurang jelas, ternyata dia protes berat! “Gak mau lagu itu u, gambarnya kecil, gak keliatan gerakannya”. Nah, gaya visualnya Ghaida tidak mau diganggu.
Beda halnya Syifa, dia tetep asyik saja menirukan gaya di video, tapi pandangan nya tidak sefokus Ghaida, dia enjoy mengikuti irama dan goyang sepenglihatannya saja. Sesekali dia berbeda. Pendengaran menjadi no. 1 untuk gayanya Syifa. 

Tugas : Mengamati Gaya Belajar Anak #9
Tanggal : Jum’at, 28 April 2014
Kegiatan : Menggambar
Hasil : Ghaida ( Visual), Syifa (Visual)

Kegiatan menggambar kali ini berkaitan dengan moody berjualan Ghaida. Dia sudah punya 8 gambar yang laku dijual. Kualitas gambar anak2 usia 5 tahun termasuk biasa- biasa saja. Saya mengajukan permintaan pada Ghaida Kali ini yaitu melihat dan menirukan gambar baru yang ada di hp
Rupanya dia masih kesulitan untuk.menggambar orang dengan posisi memegang balon sambil kepala mendongak ke atas.
Ghaida tiba- tiba.tantrum, kesal karena hasil gambarnya “gagal" menurutnya.
Untuk menenangkannya saya ambil secarik kertas dan melatihnya dalam step by step menggambar orang dengan pose tertentu dan lingkungan sebagai latarnya.Tapi ternyata rengekan Ghaida semakin menjadi karena gambar muka orangnya tidak sama dengan yang ada di hp.
Akhirnya saya mengajaknya untuk istirahat dulu, makan siang agar pikiran lebih tenang.
Adapun Syifa, dia sibuk menggambar orang sesuai imajinasinya saja (sangat detail menggambarkan bagian tubuh,  misal tangan jarinya ada 5, mulut giginya banyak) tidak tertarik dengan gambar kakaknya apalagi yg ada di hp.
Melihat kasus ini Ghiada dan Syifa termasuk pada gaya Visual yang menyukai hal yang detail saja, sedang kerapihannya mereka belum mempedulikan.

*mohon maaf, gambarnya tertinggal di rumah sodara, belum sempat di foto

Tugas : Mengamati Gaya Belajar Anak #9
Tanggal : Jum’at, 28 April 2014
Kegiatan : Menggambar
Hasil : Ghaida ( Visual, Kinestetik), Syifa (Visual Kinestetik)

Kegiatan menggambar nkali ini berkaitan.dengan hobi berjualan Ghaida. Dia sudah punya 8 gambar yang laku dijual. Kualitas gambar anak2 usia 5 tahun termasuk biasa- biasa saja. Dan yang Saya inginkan dia.bisa melihat gambar dan menirukan gambarnya, bukan menggambar apa yang biasa ia gambar sebelumnya yang sudah menempel.dalam kepalanya.
Kali ini saya mrmang menyuruhnya untuk.melihat gambar baru yang ada di hp.
Rupanya dia.masih kesulitan untuk.menggambar.orang dengan.posisi.memegang balon sambilnkepala mendongak ke atas

Tugas : Mengamati Gaya Belajar Anak #8
Tanggal : Kamis, 27 April 2017
Kegiatan : Nonton Video
Hasil : Ghaida, Syifa dan Hakim adalah.Auditor Visual

Malam itu kami masih di rumah Nenek.Selalu ramai dan betah bila mereka sudah berkumpul dengan 2 sepupu di sana. Dan menonton televisi pun menjadi kegiatan favorit mereka di sana. Masalah televisi ini yang menjadi tantangan Uminya dalam mendampingi mereka.
Alhamdulillah kini di rumah nenek sudah ada flasdisk berisi film edukasi yang membuat saya lebih tenang. Dan pada hari kamis ini Kegiatan yang di pilih untuk observasi adalah menonton video kisah teladan. Sayapun sudah memersiapkan pendengaran, penglihatan dan keterlibatan dalam mendampingi mereka.
Sebenernya isi flasdisk itu sama.dengan film yang ada di rumah kami, tapi entah kenapa pada malam Syifa begitu serius menontondan berlama- lama di depan tv. Tidak ada perubahan dengan gayanya Ghaida dan Hakim yang selalu serius dan menonton hingga.selesai film yang sering mereka tonton. Untuk acara menonton malam ini Ghaida, Syifa dan Hakim bergaya Auditori visual.

Lagi belajar cara menumbuhkan benih yang benar sesuai fitrahnya.


Benih itu adalah anak- anakku


Sekarang Ghaida lagi senang berjualan gambarnya Total uang jualannya dgn yg lalu jualan jambu terkumpul 50rb-an.

Selamat berkarya anakku...
Abi, Umi ngikutin dari belakang apa maunya Kakak. Kami hanya bisa menyiram, memupuk, memfasilitasi sesuai perkembangan usiamu, dan kau bukan kertas kosong yang dengan seenaknya kami coret sesuka kami, tapi kau sudah Allah takdirkan dengan fitrah yang suci menjadi khalifah fil ardhi.
Berniat untuk membersamaimu secara alami/ fitrah.  Semoga kelak dapat memetik manisnya iman, indahnya bunga hafidz al-Qur'an dan daun yang rindang akhlak muliamu yang mampu teduhkan akhir zaman. Amin

Saat ini menghadapi tahun ajaran baru, saya mulai fokus pada rencana full home educationnya Ghaida (5y11m), semoga bisa tersusun rapi jadwal dan pelaksanaan nya sesuai FBE usia 0-7 (fitrah keimanan, fitrah belajar dan bernalar, fitrah bakat dan fitrah perkembangan). dan usia berikutnya.
Maka saya mencoba menjabarkan slogan keluarga kami "Keluargaku Hebat! (Happy & Enjoy Bersama Al-Qur'an Teman Setiaku) pada aktifitas sehari-hari kami.
Untuk saat ini sampai akhir Romadhon targetnya Ghaida tuntas hafal juz amma.
Maka saya maksimalkan 3 waktu bening, yaitu ba'da subuh, ba'da maghrib dan menjelang tidur dengan metode 5x dibacakan dengan penuh cinta. Dengan cara ke-1 saya yg baca, ke-2 bergantian ayat antara saya dan Ghaida, ke-3 baca bergantian per-ayat sebaliknya dari ke2. Ke-4 Saya baca/ baca bersama,  ke-5 baca bersama.
Sambil menyemangatinya akan keutamaan bertadarus al-Qur'an.

Bulan depan genap usia Ghaida 6 tahun. Sudah sounding dari sekarang,, nanti kakak belajar sholat 2 waktu.
Umur 7 tahun belajar konsisten sholat 3 waktu
Umur 8 tahun belajar konsisten sholat 4 waktu
Umur 9 tahun belajar konsisten sholat 5 waktu.

Ada rasa tersendiri bagi Ghaida saat sholat subuh dengan warna langit hitam, biru dan putih/ terang. (istilah ghaida sendiri, dilihat dr dalam rumah).
Maka saya harus mengasah komunikasi produktif agar Ghaida dapat menerap dalam hatinya  akan pentingnya dari Sholat bukan sekedar penggugur kewajiban.

Berniat untuk membersamai anak- anak secara alami/ fitrah.  Semoga kelak dapat memetik manisnya iman, indahnya bunga hafidz al-Qur'an dan daun yang rindang akhlak muliamu yang mampu teduhkan akhir zaman. Amin


Aliran rasa ini kubagi untuk 1minggu1cerita

Tugas : Mengamati gaya Belajar Anak #7
Tanggal.: Rabu, 26 April 2017
Kegiatan : Bermain origami
Hasil.: Ghaida (Visual Kinestetik) dan Syifa (Kinestetik).

Hari rabu Hakim Sakit demam, timbul bisul dikepalanya, flu.dan juga mau tumbuh gigi.  Untuk menghilangkan penat saya minta ikut ke suami yang hendak bepergian sambil mengajak Ghaida dan Syifa yang mau memfotocopy gambar dagangan gaida.
Saya belikan kertas Origami untuk kegiatan hari ini. Dan saat mengerjakan karya, Saya hanya bisa mensupport seadanya. “Ayo Kak kita berkarya sebisanya ya… Umi gak bisa bantu, dede Akimnya sakit.
Ghaida pun mulai bergerak. Dua pasang kipas tangan dihadiahkan untuk Umi dan Abi (kipas ini pernah di buat sebelumnyaw di sekolahnya), lalu Ghaida bertanya “ Umi dan Abi suka apa sih? Mau kakak bikinan nich”, saya jawab “Umi suka uang, klo abi suka panda” Beberapa menit kemudian Ghaida menyerahkan 2 helai kertas origami yang sudah disulap jadi gambar uang dan potongan origami yang bergambar kepala panda.
Beberapa hari sebelumnya saya pernah membuat bentuk baju dari origami tanpa sepengetahuan Ghaida, ketika dia tau dia terlihat kecewa karena tidak diajak bikin. Lalu dia pun minta diajarkan dgn membuka lagi karya saya sambil dia ikuti.
Sedangkan Syifa, dia belum tertarik dengan origami. Dia tidak ingin saya ajari. Mau bentuk apa.saja yang ia inginkan.

Maaf tidak.sempat ambil gambar, karena sibuk nyusuin hakim yg lagi sakit.

Tugas : Mengamati Gaya Belajar Anak #6
Tanggal : Selasa, 25 April 2017
Kegiatan : Bermain peran kasir-kasiran
Kesimpulan : Ghaida ( Visual kinestetik), Syifa (kinestetik).

Ghaida dan Syifa sedang hobi bermain peran, masak- masakan, ibu- ibuan, akting frozen dan film kartun lainnya.
Dan mereka selalu mengajak saya ikut berperan jadi mamahnya. Kali ini Ghaida berperan sbagai pedagang dan Syifa sebagai pembeli dan saya jadi mamahnya Syifa.
Pada saat transaksi jual beli, Gahida selalu bertanya “ Mi, ini harganya 20.000, trus uangnya yang mana aja? Sambil dia menyodorkan lembaran-lembaran uang kertas mainan" jawab saya “ yaa bisa 2 lembar 5000 dan 1 lembar 10.000 kak..”, pertanyaan lainnya “ klo ini harganya 5000, kali bayarnya yang ini bisa gak mi??”sambil menyodorkan uang yang nominalnya lebih besar dari harganya, “bisa Kak.. tapi nanti Kakak harus kasih kembalian yaa”.
Tapi rupanya Ghaida masih mengernyitkan dahinya tanda belum paham”, saya pun memahami kesulitannya. Lalu saya ambil buku dan menjelaskan dengan tulisan “ Gini Kak… bla, bla, bla… saya menjelaskan dengan tulisan, walau dia terlihat kurang memahami, tapi setidaknya raut mukanya lebih terlihat lebih enjoy darisebelumnya. Kembali Ghaida dikuatkan dengan faya Visual sekaligus kinestetik untuk belajar matematika.
Sedang Syifa, saya lebih memperhatikan gaya bicaranya yang selalu diikuti gerakan tangan yang menandakan seorang Kinestetik.

Tugas : Mengamati Gaya Belajar Anak #5
Tanggal : Senin, 24 April 2017
Kegiatan : Menghafalkan Al-Qur’an
Hasil  : Ghaida (Auditori visual), Syifa ( Audiori kinestetik)

Observasi hari Senin saya fokuskan pada cara menghafal al-Qur'an. Berdasarkan buku bacaan tentang Cara menghafal al-Qur'an bahwa menghafalkan al-Qur'an itu mudah, cukup memanfaatkan 3 waktu bening, yaitu ba’da subuh, ba’da magrib dan menjelang tidur 5x dibacakan dan didengarkan pada anak.
Sayapun mencoba mempraktekkan. Tapi ternyata Ghaida tidak mau sekedar mendengarkan saja, dia harus ikut membaca juga. Jadikah formasinya : 1- saya baca, 2- Baca perayat bergantian, 3- baca perayat bergantian kebalikan kebalikan saru no.2. 4- Umi membacakan 5-Baca bersama-sama.
Hari ini Syifa tidak ikut mengaji. Tapi diwaktu yang lain sebelumnya. Biasanya dia mengajak mengaji al-Qur'an (ngaji-ngajian), antara yang silafalkan.dengan rulisan tidak mau diatur umi, dan tangan sebqgai petunjuk hurufpun tidak mau berganti pada halaman berikutnya padahal yang dilafadzkan ayatpya panjang. Sepertinya visualnya belum bekerja, masih Auditori kinestetik. Karena dengan bacaan yang sering diperdengarkan dan dengan metode gerakan tangan itu yang membuat Syifa bersemangat. Tapi jika ada video mengaji, dia tidak betah berlama-lama di depan tv. 

Tugas : Mengamati gaya belajar Anak #4
Tanggal : Ahad, 23 April 2017
Kegiatan : Berkreasi dengan jelly dan playdoght
Hasil : Ghaida (visual kinestetik), Syifa (kinestetik)

  • Kali ini kegiatan untuk observasi gaya belajar anak yaitu berkreasi dengan jelly. Adapun jelly ini berasal dari kapas inner diapers, caranya; buka dalrman diapers bersih dan ambil kapasnya, lalu dimasukan pada wadah yg telah berisi air ( diamkan sampai air mengalami masa jenuh dan berubah jelly) lalu jelly dipisah-pisahkan pada beberapa mangkuk yang kemudian diberikan warna.
  • Ghaida dan Syifa asyik bermain sensori halus. Ghaida terlihat kebingungan karena tidak ada contoh bentuk yg umi berikan dan akhirnya terbentuklah sebuah pelangi, matahari dan rambut. Saya senang melihat ide kreatif mulai terlihat pada Ghaida. Melihat hasil pekerjaanya dia termasuk pada menyukai hal yg detail karena dia ingin mendapatkan warna sempurna pada pelangi, namun kerapihan belum dipedulikan. Saat uminya mengumumkan bahwa hari ini kita akan berkarya dengan warna warni jelly dia terlihat antusias. Ini menunjukan Ghaida adalah visual kinestetik.
  • Adapun Syifa senang merasakan sensory halus dari  lunaknya jelly berwarna merah dengan tanpa banyka bicara. Entahlah bentuk apa yang dia buat, katanya sih bikin kepiting.

Tanggal : Sabtu, 22 April 2017
Tugas : Observasi Gaya Belajar Ghaida dan Hakim
Kegiatan : Membuat Gunung meletus
Hasil : Ghaida ; Visual. Hakim ; visual Kinestetik

Ghaida menyiapkan alat dan bahan dibantu umi sesuai instruksi di buku. Kami mengerjakan step by step sesuai petunjuk. Tapi ternyata bubur kertas yg tersedia kurang memadai. Dan akhirnya di tambahkan dengan kapas diapers; ambil diapers bersih, keluarkan isinya lalu bwri air sampai mudah dibentuk dan jelinya keluar lalu kasih pewarna hijau. Semoga perlahan tapi pasti ide kreatif tumbuh pada Ghaida.
Hari itu Syifa tidak ikut main karena sudah tidur duluan. Maka saya meminta Ghaida untuk mengakhiri kegiatan agar besok Syifa bisa melanjutkan, tapi yang terjadi selama saya tinggal ke dapur, bubuk soda terus diberikan dan Hakim pun turut beraksi mengambili buih- buid dengan sendok dan turut bereksplorasi bersama Kakaknya.
Saya perhatikan Hakim, terlihat dia begitu penasaran dan antusias ingin menyentuh buih larva. Tidak ada rasa takut atau jijik melihat hal yang baru.
Hakim hanya fokus pada buih saja, padahal gunung pun terbuat dari jelly dan kertas- kertas.

*Kagiatan tidak bisa di dokumentasi kan karena hp lowbat


#harike3
#level4
#kuliahbunsayIIP
#gayabelajaranakgayabelajaranak

Tanggal :  Jum’at, 21 April 2017
Tugas : Mengenal Gaya Belajar Ghaida.dan Syifa
Kegiatan: Bermain Lego dan Berbie
Hasil: Ghaida (Visual), Syifa ( visual)
Kegiatan hari jum’at baru dapat saya amati di malam hari.
Ghaida main barbie dan Syifa menyusun lego. Saya pancing mereka agar bisa mengungkapkan ide dalam permainan dengan mengatakan “anak- anak, umi punya usulan nich… bagaimana bila pesawat Syifa sudah jadi nanti barbie nya ikut menumpang, kan seruu tuch bermain bersama bisa saling berbagi" “ iya boleh mi…” tapi ternyata tidak dilakukan, mereka asyik bermain sendiri- sendiri. Ghaida membawa barbienya ke ruang sebelah, dan Syifa akhirnya turut bermain barbie dengan mengajak barbie belajar menulis.
Kesempatan bagus untuk mengenalkan bentuk kata. Syifa minta saya untuk menulisnkan kata dengan titik- titik lalu dia akan menyambungkannya. Saya menuliskan kata “aca"'dan ”abi" sesuai permintaannya. Syifa pun menyambut dengan senang dan mulai mengerjakan tugas. Tapi di luar dugaanku,sebelum dia menyambung garis, dia mencoba untuk meniru tulisan saya itu, sambil mulut mengucapkan kata walau tulisannya belum bisa dia contoh ( ngasal, semaunya saja). Benarkah ini termasuk gaya visual ? Sepertinya begitu….
Berikutnya Ghaida saat mendandani Barbie, dia berkata “ aha, cantik sempurna!” oowh ternyata barbie mengenakan topinya (yang beberapa waktu menghilang), saya mencoba merangsang ide kreatifnya dengan berkata “ Kak, coba pake ini topinya (menunjuk tutup botol minuman warna pink)”, tanggapannya “ayi coba dipakein..” tapi topi baru itu memerlukan karet agar bisa diam di kepala mi…” Ghaida lalu mencari karet dan berusaha memasangkannya walaupun akhirnya gagal…
Ghaida tidak biasa menemukan ide baru, dia masih sebatas memaksimalkan fasilitas yg tersedia. Gayanya adalah visual.

#Harike-2
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunsayIIP
#Level4

Challenge #4 day 1.
Tanggal : 20 April 2017
Kegiatan : Menyambut baju baru, bermain lego, membaca buku.
Anak : Ghaida (5y10m), Syifa (3y8m)
Kesimpulan: Ghaida Visual, Syifa Kinestetik

Masuk pada hari 1 mengobservasi kegiatan Ghaida, Syifa dan Hakim untuk mengumpulkan data modeling belajar mereka yang dominan.
Saya pada malam hari baru bisa mengamati, mendengar dan melihat dengan serius aktifitas mereka. Yaitu saat baju baru frozen datang dan langsung dipakai berlanjut aksi nyanyi- nyanyi, menari- nari dan foto- foto.
Saya mengamati Ghaida dan Syifa dalam berpenampilan bergaun Elsa.
  1. Apakah mereka menyadari bahwa bajunya terlalu besar?
  2. ingin dandan maksimal ?
  3. dan ingin melengkapi dengan aksesoris lainnya?
Jawabannya:
  1. Ghaida dan Syifa tidak mempedulikan kondisi baju yang kebesaran
  2. Mereka merasa sangat cantik tanpa berdandan ( padahal biasanya minta dandan dulu walau sekedar sisir rambut dan bedakan)
  3. Mereka langsung mencari aksesoris pelengkap, seperti Sepatu dan Kipas frozen.
Yang dapat saya simpulkan Ghaida dan Syifa kurang mencermati hal detail dan rapi. Gaya ini masuk pada modeling bukan Visual.
Saya manfaatkan moment kebahagiaan klimaks ini dengan meminta Ghaida memperagakan mendongengnya yang 2 hari lalu saya buatkan teksnya berupa mind maping. Alhamdulillah sudah 60% dia menguasai materi. Gaya menghafal ini masuk pada model Visual. Selain itu, karena dongeng itu sering dia lihat di video Kak Bimo (audio Visual).
Menjelang tidur, keduanya pada waktu dan tempat berbeda memandang langit- langit kamar sambil senyum- senyum sendiri, seperti sedang memikirkan dan mencari ide seputar baju barunya.
Nah, pada kasus ini mereka masuk pada gaya bukan Auditorial.

Usai masuk kamar pas baju ganti, aktifitas berikutnya adalah bermain lego. Ghaida berhasil membuat istana frozen lengkap dengan pintu gerbang dan kursi,meja,lemarinya dan Syifa membuat Kereta api lengkap dengan ruang tempat duduknya tapi bentuk mobil yang dibangunnya tidaklah lazim  Dalam hal ini terlihat Ghaida bergaya visual yaotu.menyukai hal yang detail. Sambil memainkan mainan mereka pun bermain peran namun kalimat yang mereka ucapkan sangat terbatas. Menandakan mereka tipe bukan Auditorial.
Adapun bentuk lego yang Ghaida pilih adalah benda yang biasa di lihat (visual). Sedang Syifa sebaliknya, dia banyak kreativitas jika membangun lego (kinestetik).
Menjelang tidur seperti biasa saya bacakan Ceritakan kisah nabi Muhammad, mereka mencari posisi tidur yang nyaman versi tidak rapi (bukan visual) dan untuk gaya baca Ghaida dan Syifa (baca bohong- bohongan) selalu dengan suara keras (auditorial).
Berdasarkan tiga kegiatan tersebut ( baju baru, main.lego dan baca buku), Ghaida dominan visual dan Syifa Kinestetik.
#TantanganHari1
#GayaBelajarAnak
#Level4
#KuliahBunsayIIP

Rutinitas malam menjelang tidur selalu menjadi tantangan hebat untukku. Dimana dalam kondisi tubuh letih, membayangkan nikmatnya punggung ini bila telah bertemu kasur harus kutepis jauh- jauh demi masa depan terbaik anak- anakku, menjadi generasi yang mengidolakan Rasulullah dan membara semangat jihad untuk memperjuangkan tegaknya Dinullah seperti yang telah dimenangkan oleh Rasulullah menjelang tutup usianya.
Malam ini Ghaida, Syifa dan Hakim setelah membersihkan diri menuju kamar dan memilih buku yang akan diajukan pada Umi untuk dibacakan.
Padahal malam sebelumnya kami baru memulai buku no.6 dengan judul “Madinah Al-Munawaroh”, dan itupun hanya saya dan Ghaida yang paham. Sedangkan Syifa pasti akan menyerahkan buku sekehendaknya. Dan Hakim senang melihat gambar dari buku yang teh Syifa bawa.
Hakim dengan kerja keras membuka halaman demi halaman buku sambil memperhatikan gambar yang ada. Dia tidak menghiraukan teriakan teteh Syifa yang mencoba mengambil kembali bukunya dengan sedikit memaksa, karena saya berusaha menepis tangan Syifa itu sambil benghiburnya “Ayo teteh Syifa ambil buku yang lainnya… nanti kalo Hakim sudah selesai baca gantian Syifa yang baca" Syifa pun menuruti perkataanku dan mengambil buku lainnya di rak. Namun lagi- lagi Hakim berhasil merebutnya. Dan senjata terakhir adalah membaringkan Hakim dengan minuman penutup yaitu Asi.
Sedangkan Ghaida dengan sabar menanti saya membacakan kelanjutan cerita di buku 6. “ Kakak, Syifa bersikeras ingin baca buku no 16, gimana dong.. boleh yaa kita ikuti keinginan Syifa, karena umi kesulitan membujuknya”, Alhamdulillah Ghaida mau mengalah.
Cerita buku 16 berjudul “Wafatnya Rasulullah” saya bacakan dengan nada datar karena kondisi saya yang masih flu ditambah menahan tangis karena isi buku itu sangat mengharu biru, memaparkan tentang “ Haji Wada (haji perpisahan) yang diikuti 140ribu umat islam dari belahan bumi menjadi tanda kesyukuran mendalam atas kemenangan islam, sempurna lah ajaran islam, Nikmat terbesar telah dirasakan kaum muslimin yaitu berjayanya islam sebagai agama yang diridhoi Allah swt".
Baru beberapa halaman ternyata anak- anak sudah tertidur semua, dan saya melanjutkan membaca untuk sendiri saja.
Dalam haji perpisahan inilah Rasulullah  menyampaikan khutbah berisi mutiara- mutiara nasihat tentang Persaudaraan islam, yaitu bahwa orang- orang berimana adalah bersaudara maka janganlah mengambil harta saudaranya kecuali dengan izin hati ikhlas. Janganlah kamu setelah Aku ( Nabi saw) meninggal nanti kembali pada kekafiran.
Kemudian turunlah wahyu terakhir yaitu Firman Allah swt Qs. AL-Maidah ayat 3. Yang artinya “Pada hari ini, telah aku sempurnakan agamamu, aku cukupkan nikmat-Ku untukmu, dan aku rela islam sebagai agamamu".
Mendengar firman yang disampaikan Nabi saw, Umar bin Khatab menangis terisak- isak, dia berkata “ Dengan turunnya ayat terakhir itu, kita semua sudah berada dalam agama yang benar dan lengkap. Tetapi ya Rasulullah, bukankah jika sesuatu telah sampai pada titik kesempurnaan dan diatasnya itu tidak ada lagi yang lebih sempurna, maka yang akan datang adalah suatu kemunduran?”, Rasulullah menjawab “ Engkau benar, ya Umar”.
Dan Abu Bakar pun memiliki firasat bahwa dengan kesempurnaan amanah yang telah tertunaikan maka sempurna pula keberadaan Nabi di muka bumi, berarti akan dekat waktunya sang Nabi saw kembali pada Sang Pencipta.
Suka cita pun berganti duka cita, ketika Nabi saw akhirnya jatuh sakit (sakit kepala yang sangat berat) selama beberapa hari sampai akhirnya Malaikat izroil sang pencabut nyawa datang meminta ijin kepadanya untuk di kembalikan rohNya pada sang penggenggam nyawa, Nabi Muhammad saw pun wafat.
Kisah akhir kehidupan Nabi saw selalu membuatku tersadarkan akan perjuangan saya sebagai muslimah dalam kondisi kemunduran islam saat ini harus terus mengobarkan sikap optimis bahwa setelah ujian kemunduran ini pasti akan kembali pada kejayaan.
Adapun pada kondisi saya saat ini sebagai pendidik di rumah, tekad bersungguh- sungguh harus mendampingi dan mendidik anak- anak, harus dapat merangkul mereka, berpegangan tangan dengan erat bersama- sama memperjuangkan kebenaran Dinullah. Anak- anak sebagai generasi akhir zaman akan hidup dengan tantangannya sendiri. 
Dengan Homeschooling yang di jalankan oleh Ghaida, Syifa dan Hakim (GHS) di bantu Framework Fitrah Base Education akan mengenalkan islam pada anak dengan keindahannya dan kasih sayang Allah. Menjalani hidup dengan senang dan bahagia bersama Al- Qur’an sebagai teman sejati.
Semoga Saya dan suami dapat menciptakan suasana cinta membaca dan gemar menghafal Al-Qur'an pada anak- anak sampai mereka menjadi Hafidzin dan mendakwahkan islam. Amiiin
Dan kami dapat berkumpul di Syurga dan berjumpa pula dengan para Nabi yang begitu di rindukan anak- anak. Amiin

*sumber bacaan "Muhammad teladanku jilid 16.

Tulisan ini dibagikan untuk #1minggu1cerita di minggu ke 12

Aliran Rasa

Family Project, My Family my team. Pada tantangan level 3 kali ini benar-benar mengasyikkan. Walau ada kesusahan karena ingin menyatukan keinginan saya dengan anak yang berbeda dalam ide. Misal saya ingin project berkaitan dengan kemandirian   rumah tapi anak inginnya project bikin mainan. Walhasil project banyak yang di lakukan karena hal spontan. Spontan itu lebih seruuu karena suasana akan saya buat dramatis dan heboh.
Alhamdulillah Family Project ini membuat saya lebih optimis untuk memulai Home edukasi bersama anak- anak. Game ini sangat efektif dalam mengasah kecerdasan anak, melatih berpikir kreatif dan belajar leadership. Dan insya Allah game ini akan terus berlanjut sebagai sarana / metode belajar yang menggairahkan dan mencerdaskan untuk anak- anak.
Terima kasih team Fasilitator dan kordinator yang sudah mendampingi dan membimbing...

_Review Game level  #3  Bagian 2_

*FAMILY PROJECT DAN KECERDASAN ANAK*

Setelah kita memahami secara detil tentang apa itu Family Project dan sudah menjalankannya dengan tantangan 10 hari, maka kali ini kita akan kembali membahas bagaimana  family project ini bisa menjadi sarana kita untuk melihat sisi-sisi kecerdasan anak yang harus kita amati.

*Family Project dan Kecerdasan Intellectual*

Family Project adalah sarana anak-anak belajar sesuatu, belajar hal baru melalui berbagai tema-tema yang kita kemas dalam berbagai project. Di dalam ilmu pembelajaran kita bisa mempelajarinya lebih lanjut tentang Project Based Learning.

Selama menjalankan Family project ini kita bisa melihat apakah :

a.  Apakah rasa Ingin tahu anak-anak terhadap sesuatu menjadi semakin tinggi?

b. Apakah Kreativitas dan Daya Imajinasinya menjadi semakin besar?

c. Apakah muncul gairah belajar dan inovasi baru yang anak-anak dapatkan selama menjalankan family project?

d. Bagaimana anak-anak menyikapi pengetahuan baru, pengalaman baru yang mereka dapatkan selama menjalankan Family Project?

e. Apakah anak-anak menemukan gairah untuk selalu berkarya dan menemukan hal baru demi kehidupan mereka yang lebih baik?

*Family Project dan Kecerdasan Emosional*

a. Apakah selama menjalankan Family Project muncul kesadaran diri secara penuh dari anak-anak?

b. Apakah anak-anak makin mengenal emosi yang muncul  ( senang, bahagia, sedih) selama menjalankan Family Project?

c. Apakah emosi anak stabil/meledak-ledak ketika menghadapi tantangan selama Family Project berjalan?

d.Apakah anak bisa mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lainpun merasa senang dan dimengerti perasaannya?

e. Apakah anak sanggup mengelola emosi yang dia dapatkan dari orang lain, sehingga tercipta ketrampilan sosial yang tinggi?

*Family Project dan Kecerdasan Spiritual*

Family project sebagaimana kita tahu adalah pemberian makna yang mendalam terhadap aktivitas sehari-hari yang kita lakukan di rumah. Sehingga aktivitas keluarga sehari-hari + management dan organisasi = Family Project  = Aktivitas keluarga yang penuh makna.

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna ( value), kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.

Dengan menjalankan Family Project kita akan bisa melihat hal-hal sebagai berikut:

a. Apakah anak-anak bisa makin mengenal ciptaan Allah dan makin menyayangi antara sesama makhluk ciptaan Allah selama menjalankan Family Project ini?

b. Apakah anak-anak makin melihat dirinya dan keluarganya sebagai sesuatu yang unik yang diciptakan Allah berbeda dengan yang lain,  selama menjalankan Family Project ini?

c. Apakah rasa syukur anak-anak makin meningkat selama menjalankan Family Project?

d. Apakah anak-anak makin ridho dan konsisten dengan segala perintah dan laranganNya selama menjalankan Family Project?

e. Apakah anak-anak mendapatkan berbagai akhlak mulia yang bisa dia dapatkan untuk dipraktekkan selama menjalankan Family project?

f. Apakah anak-anak semakin tunduk dan taat terhadap kehendak penciptaNya, selama menjalankan Family Project?

g. Apakah anak-anak semakin bergairah untuk menebar benih manfaat di muka bumi ini, dan sadar perannya sebagai Khalifah di muka bumi ini, selama menjalankan Family project?



*Family Project dan Kecerdasan Menghadapi Tantangan ( AI)*

Selama menjalankan Family Project pasti kita dan anak-anak menghadapi berbagai macam tantangan dan cobaan. Dari sinilah kita paham seberapa kuat anak-anak kita menghadapi tantangan hidup.

a. Apakah selama menjalankan Family Project anak-anak mampu mengontrol dirinya ?

b. Bagaimana reaksi anak-anak ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan yang dia inginkan seama menjalankan Family project?

c. Apakah anak-anak sanggup membangun konsistensi dan komitmen terhadap kesepakatan yang sudah dia putuskan bersama selama menjalankan Family Project?

d. Apakah anak-anak menunjukkan inisiatif besar untuk aktivitas yang dia inginkan, dan sanggup menanggung semua resiko yang akan muncul selama menjalankan Family Project?

e. Bagaimana reaksi anak-anak setiap menjumpai “tantangan” selama family project berjalan, apakah mereka bisa mengubahnya menjadi sebuah peluang?

f. Apakah anak-anak tidak mudah putus asa?

g.Apakah anak-anak berani mengakui sebuah kesalahan dan mau belajar dari kesalahan yang dia buat selama menjalankan Family Project?

h.Apakah kemandirian anak mulai terlihat selama menjalankan Family project?

Dari berbagai kasus yang kita dapatkan selama menjalankan Family project ini sebenarnya selain untuk melihat kecerdasan anak-anak, kita juga bisa mengamati kecerdasan diri kita dan pasangan. Sehingga kita semakin paham bagaimana cara kita “memantaskan diri” agar semakin layak mendidik anak-anak hebat. Dan hal-hal apa saja yang harus kita tambahkan selama perjalanan di Universitas Kehidupan.

Salah satu contoh hal kecil ketika menjalankan tantangan 10 hari di Game –game kelas Bunda Sayang ini, kita mengalami kesulitan dalam mengatur waktu sehingga tidak sanggup menuliskan tantangan 10 hari tersebut secara berturut-turut, apakah kita langsung menyerah berhenti disini saja? Kalau iya kecerdasan menghadapi tantangan kita masuk kategori Quitters, Apakah kita cukup menuliskan poin-poin penting saja dan tidak usah menyempurnakannya, yang penting mengumpulkan tugas? Kalau iya, berarti ita tipe campers. Atau kita termasuk orang yang berusaha mengubah manajemen waktu kita, mencari strategi terbaik, membuat sistem penulisan, sehingga memudahkan kita untuk menuliskannya setiap hari? Kalau iya, selamat  berarti kecerdasan anda memasuki tahap Climbers.

Silakan amati kecerdasan-kecerdasan yang lainnya yang ada pada diri kita selama mengerjakan Tantangan-tantangan 10 Hari di kelas Bunda Sayang ini.

Dan untuk bisa mendapatkan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik ke anak - anak dan keluarga kita, mulailah dari diri kita terlebih dahulu

*for things to CHANGE, I must CHANGE first*

Salam Ibu Profesional,



_/Tim Fasilitator Bunda Sayang/_



📚Sumber Bacaan:

_D.Paul Relly, “Success is Simple, Gramedia, Jakarta_

_Stoltz, Paul G, PhD, 1992, Adversity Intellegence, Mengubah  Hambatan Menjadi peluang_

_Melva Tobing. Mpsi, Daya Tahan Anak menghadapi Kesulitan, Jakarta, 2013_

_Materi Tentang Kecerdasan anak dan Kebahagiaan Hidup, IIP, bunda sayang_



_Review  Game Level  #3  Tantangan 10 Hari_
*Bagian 1*

*FAMILY PROJECT*

Selamat buat teman-teman yang sudah berhasil melampaui tantangan 10 hari di game level 3 ini tentang Family Project. Mulai dari bingung memahami apa itu family project, sampai akhirnya ada yang banyak ketagihan untuk memaknai setiap aktivitas menjadi  sebuah projek yang menyenangkan.

Family Project  adalah aktivitas  yang secara sadar dibicarakan bersama, dikerjakan bersama   oleh seluruh atau sebagian anggota keluarga dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama pula.

Jangan terlalu berat memikirkan sebuah family project, mulailah dari aktivitas-aktivitas sehari-hari yang biasa kita kerjakan di rumah, kemudian tambahkan manajemen dan organisasinya, jadilah sebuah family project.

Sehingga rumusnya adalah sebagai berikut

*ACTIVITY + MANAGEMENT AND ORGANIZATION = PROJECT*

*MANFAAT FAMILY PROJECT*


☘Family Project merupakan salah satu sarana pendidikan bagi seluruh anggota keluarga. Saat ini semakin sedikit keluarga yang menerapkan konsep pendidikan di dalam rumahnya, banyak diantara mereka menjadikan rumah sebagai sarana berkumpulnya anggota keluarga saja tanpa adanya aktivitas pendidikan. Sehingga makna berkumpulnya menjadi hambar, sekedar kumpul dan  kadang berlalu begitu saja tanpa arti.



☘Family Project juga menjadi salah satu sarana untuk membangun “bonding” di dalam keluarga. Tercipta ikatan batin antar anggota keluarga, sehingga hubungan menjadi semakin indah dan harmonis.



☘Family Project bisa juga digunakan sebagai sarana “Check Temperature" keluarga kita. Apakah hubungan antar anggota keluarga dalam kondisi adem ayrm berada di suhu normal atau sedang ada gesekan-gesekan yang selama ini tidak terlihat,  sehingga ada tantangan kecil saja selama menjalankan family project, suhu sudah memanas.



☘Family Project sarana menguatkan core values keluarga. Core Values tidak bisa hanya dituliskan besar-besar di kertas dan di tempel di dinding rumah. Core Values harus diujikan untuk mendapatkan sebuah keyakinan bahwa hal tersebut layak diperjuangkan. Ujian itu lewat family project.



☘Family Project apabila dijalankan denga sungguh-sungguh maka akan menjadi pijakan kita dan keluarga ke surga Apabila keluarga kita memang sedang berjalan menuju surga, maka tidak perlu menunggu sampai di akherat untuk merasakannya, kita bisa merasakannya sekarang saat di dunia bersama keluarga kita.



*BAGAIMANA CARA MEMBESARKAN FAMILY PROJECT ANDA?*

Diperlukan 2 hal penting untuk membesarkan Family Project yaitu KONSISTENSI dan KOMUNIKASI



*KONSISTENSI*

Konsistensi itu sangat bergantung pada hal-hal berikut ini:

a. Apakah family project ini membahagiakan seluruh anggota keluarga? ( Fun)

b. Apakah family project sejalan dengan values yang sedang diperjuangkan di dalam keluarga kita? ( values)

c. Seberapa unik family project anda dibandingkan family project yang lain? ( uniqueness)

d. Apa alasan kuat dari salah satu, sebagian atau seluruh anggota keluarga untuk menjalankan family project ini? ( Reason)


*KOMUNIKASI*

Komunikasi menjadi hal yang utama dalam rangka memperbesar family project kita, karena akan sangat bermanfaat untuk memantau dan membesarkan perjalanan family project dan membangun portofolio keluarga dalam menjalankan family project. Ada komunikasi internal dan ada komunikasi eksternal. Di dalam kedua komunikasi tersebut diperlukan dua hal yaitu MEDIA dan KONTEN


_Komunikasi Internal_

*MEDIA KOMUNIKASI*

*FAMILY FORUM*

Family forum adalah forum-forum ngobrol keluarga yang dibangun untuk mengetahui hobi anak-anak, aktivitas harian mereka, tren pengetahuan dan berita yang ada saat ini, kebutuhan seluruh anggota keluarga dan masalah atau tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi oleh seluruh anggota keluarga.

Family forum ini bentuknya bisa beragam mulai dari ngeteh bersama ( tea time), ngopi bersama ( coffee break), ngegame bersama ( play on), ngemil bersama ( snack time) dll.

*KONTEN KOMUNIKASI*

Kami perlu menekankan sekali lagi tentang konten komunikasi. Satu hal yang sangat perlu kita ingat adalah kalimat ini:

*LAKUKAN APRESIASI, BUKAN EVALUASI*

Anak-anak belum memerlukan evaluasi, yang kita lakukan hanya memberikan apresiasi saja, karena hal ini penting untuk menjaga suasana selalu menyenangkan dan  membuat anak senantiasa bersemangat dalam mengerjakan projek selanjutnya.

Apabila ada hal-hal yang kita rasa penting untuk diperbaiki atau diubah strateginya, maka cukup anda catat saja, simpan dengan baik bersama satu file catatan projek ini, dan buka kembali saat kita dan anak-anak akan merencanakan projek berikutnya. Hal ini akan lebih membuat perencanaan kita lebih efektif, karena anak-anak akan melakukan perubahan menjelang  melakukan projek, bukan diberitahu kesalahan setelah melakukan sebuah projek. Efek yang muncul akan sangat berbeda.



*BAGAIMANA CARA MENGAPRESIASI*


Perbanyaklah membuat forum keluarga saat sore ngeteh bersama, atau sepekan sekali saat akhir pekan. Di Ibu Profesional, forum keluarga seperti ini terkenal dengan nama

 *MASTER MIND*

Bagaimana cara menjalankan master mind, ciptakan suasana yang santai di rumah, kemudian tanyakan 3 hal saja:

a. Ada yang punya pengalaman menarik selama menjalankan projek ini?

b. Apa yang sudah baik?

c. Minggu depan hal baik apa yang akan kita lakukan?

Perbanyaklah apresiasi di forum-forum keluarga ini sehingga memunculkan inovasi-inovasi kecil yang dilakukan secara istiqomah di setiap kesempatan.

_Komunikasi Eksternal_

Family Project yang kita lakukan di dalam keluarga sebaiknya kita share kan ke dunia luar bisa via presentasi di depan para ahli yang memang kompeten di bidangnya. Di komunitas-komunitas keluarga yang selalu peduli terhadap perkembangan anak, maupun di media sosial yang kita miliki.

Proses berbagi mimpi dan inspirasi ini sangat bermanfaat untuk membesarkan family project kita dan proses bertemunya anak-anak dengan para sang maestro di bidangnya.

*AMATI ,TERLIBAT, TULIS*

Tantangan 10 hari yang sudah teman-teman lakukan ini sebenarnya membuat kita agar mau mendokumentasikan setiap aktivitas anak-anak, sehingga kita sebagai orangtua bisa mengamati perkembangan anak-anak dengan valid berdasarkan data dan tulisan kita.


Kita tidak akan pernah membandingkan anak-anak kita dan keluarga kita, dengan anak-anak orang lain dan keluarga orang lain. Karena diri kita sudah terlalu sibuk untuk mengamati diri sendiri, sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk mengamati rumput tetangga.

Salam Ibu Profesional,


/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

Sumber Bacaan:

Cemilan Rabu, 12 April 2017


🏵Adversity Intelligence for Successful Life (AIfSL)🏵

🖌Setelah 19 tahun melewati penelitian yang panjang & mengkaji lebih dari 500 referensi, Paul G. Stoltz mengemukakan satu kecerdasan baru selain IQ, EI, SI yakni AI. *AI (Adversity Intelligence)* adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. Bagaimana mengubah hambatan menjadi peluang.
AI dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang ketika menghadapi masalah rumit. Dengan kata lain AI menjadi indikator bagaimana seseorang dapat keluar dari kondisi yang penuh tantangan.

*Adversity Intelligence (AI)*berarti bisa juga disebut dengan *ketahanan atau daya tahan seseorang ketika menghadapi masalah*. Stein & Book (2004) menjelaskan bahwa ketahanan adalah kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan pasif mengatasi kesulitan. Ketahanan ini berkaitan dengan kemampuan untuk tetap tenang dan sabar, serta kemampuan menghadapi kesulitan dengan kepala dingin, tanpa terbawa emosi. Orang yang tahan menghadapi kesulitan akan menghadapi, bukan menghindari, tidak menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus asa.

AI berakar pada bagaimana kita merasakan tantangan-tantangan yang dihadapi. Orang yang memiliki AI lebih tinggi, tidak menyalahkan pihak lain atas kemunduran yang terjadi dan mereka bertanggung jawab untuk menyelesaikan tantangan. Ia selalu belajar dari kesalahan dan mengambil sisi positif dari setiap kejadian. Orang yang memiliki AI tinggi, berani mengambil resiko yang diperhitungkan.


📌Faktor-faktor yang mempengaruhi AI, yaitu:

1. Daya saing
Individu yang merespon kesulitan secara lebih optimis dapat diramalkan akan bersifat lebih agresif dan mengambil lebih banyak resiko.
2. Kreativitas
Orang yang tidak mampu menghadapi kesulitan menjadi tidak mampu bertindak kreatif. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang oleh hal-hal yang tidak pasti.
3.Motivasi
Orang yang AInya tinggi dianggap sebagai yang paling memiliki motivasi.
4. Mengambil Resiko
Individu yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif, bersedia mengambil banyak resiko. Resiko merupakan aspek esensial pendakian.
5. Perbaikan
Perbaikan terus-menerus perlu dilakukan supaya individu bisa bertahan hidup dan menjadi pribadi yang lebih baik.
6.Ketekunan
Ketekunan adalah kemampuan untuk terus menerus walaupun dihadapkan padakemunduran-kemunduran atau kegagalan.
7.Belajar
Anak dengan respon-respon yang pesimistis terhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan anak yang memiliki pola-pola yang lebih optimis.

📌Sebagai gambaran AI dalam diri seseorang, Stoltz memakai terminologi  para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
➡Quitter (yang menyerah).
Para quitter adalah mereka yang sekadar bertahan hidup. Mereka mudah putus asa dan menyerah di tengah jalan.
➡Camper  (berkemah di tengah  perjalanan)
Mereka  berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi  risiko yang aman dan terukur. Cepat puas, dan berhenti di tengah jalan.
➡Climber (pendaki yang mencapai  puncak).
Berani menghadapi risiko dan menuntaskan pekerjaannya. Merekalah yang berada di puncak.

📌Dimensi AI dapat kita pahami sebagai berikut :
💧C --> Control : Seberapa besar control yang kita rasakan saat dihadapkan pada persoalan yang sulit, bermusuhan atau berlawanan?
💧O2 --> Origin dan Ownership : Siapa atau apa yang menjadi asal muasal suatu kesulitan? Sejauh mana kita berperan memunculkan kesulitan?
💧R --> Reach : Seberapa jauh suatu kesulitan akan merembes ke wilayah kehidupan kita yang lain?
💧E --> Endurance : Berapa lama kesulitan akan berlangsung? Berapa lama penyebab kesulitan akan berlangsung?

📌Adapun cara mengembangkan dan menerapkan AI :
💧L --> Listened (dengar) respon kita dan temukan sesuatu yang salah
💧E --> Explored (gali) asal dan peran kita dalam persoalan ini
💧A --> Analized (analisalah) fakta-fakta dan temukan beberapa faktor yang mendukung kita
💧D --> Do (lakukan) sesuatu tindakan nyata

✳Hubungan AI dengan Sukses

Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama.

*Pertama*, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen ,passion, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

*Kedua*, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

*Terakhir*, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya.

Dari ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dua dari tiga karakter orang sukses erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan. Mereka yang AI nya tinggi menjadi lebih sukses dalam kehidupan daripada mereka yang AI nya rendah.

Bagaimana dengan kita?

📚Sumber bacaan :

https://tisna2008.wordpress.com/2009/05/26/antara-iq-eq-dan-sq/amp/

https://personalityfajar.wordpress.com/tag/adversity-quotient/

https://personalityirine.wordpress.com

https://skripsipsikologie.wordpress.com/2010/07/17/pengertian-adversity-quotient/

https://nafismudrika.wordpress.com/2010/04/22/adversity-quotient-by-paul-g-stoltz/

#1minggu1cerita

Selamat Membaca

Teman Baikku

Diberdayakan oleh Blogger.
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates