Maafkanlah Saya,
karena baru memulai KM nol
Keberadaanku
hari ini, besok dan seterusnya akan menentukan akhir dari hidupku. Saat ijab
kabul di jawab “sah” dan do’a pengantin riuh dipanjatkan oleh tamu undangan
walimatul ursy 6 tahun yang lalu, saat itulah kehadiranku hanyalah atas ridho
suami.
Di awal
pengantin baru, kami disibukan dengan
aktifitas masing-masing. Suami bekerja 24 jam mengurusi jualan kayunya, dan
saya pergi mengajar ke SDIT jam 6 pagi, pulang sampai rumah jam 4 sore,
terkadang sampai menjelang magrib. Sampai akhirnya jelang kelahiran Ghaida
tepat 1 tahun pernikahan, saya memutuskan untuk resign dari mengajar di SDIT,
ingin sepenuhnya bisa melayani suami yang tempat kerjanya dekat dari rumah dan
ingin menjadi guru bagi nak- anakku.
Kesibukanku
mengurusi rumah tangga ternyata tidak membuat saya menikmati sepenuhnya peran
mulia tersebut. Rasa bosan, jenuh dan capek mulai menghinggapi di awal
kelahiran Ghaida, sampai akhirnya saya merasa butuh eksistensi di halayak ramai
sebagai pengganti hiburan.
Online Shop yang
menyeru pada go green menjadi pilihan
aktifitas berikutnya sambil mengasuh anak jualan terus berjalan. Misi positif
berjualan saat itu adalah ingin banyak berbagi dengan sesama dari hasil usaha
sendiri.
Hari ke hari,
bulan berlalu dan tahun tak terasa sudah berganti 4 hitungan ( sampai Ghaida
punya 2 adik). Sebenarnya suami beberapa
kali menyatakan kasihan melihatku yang seolah tidak ada istirahatnya mengurusi
anak-anak dan domestik lainnya, dan memintaku untuk berhenti berjualan. Tapi
permintaan itu selalu menghasilkan kekecewaan baginya dan sayapun terus
melanjutkan olsho yang berlogo “ Partner Keluarga Bijak”.
Sampai tiba
waktunya saya tidak bisa berpikir panjang untuk melanjutkan jualanku dan fokus
urus domestik dan pendidikan anak- anak. Moment itu terjadi pada hari yang
tidak pernah di persiapkan bahkan menduga. Tanggal 16 bulan 06 tahun 2016 tepat
pada usia pernikahanku 6 tahun di tanggal 6 bula 06 tahun 2010, ibu mertuaku
pergi meninggalkan kami untuk selamanya. Figur “seorang ibu cekatan mengurusi
kebutuhan fisik keluarga” yang selalu kuamati karena rumah kami berdekatan kini
harus dapat kuaplikasikan.
Delapan bulan
kepergian ibu, berarti sudah 8 bulan
pula saya memasuki kehidupan babak baru. Kepergian ibu yang terkesan mendadak.
Saat itu sepulang sholat tarawih dimasjid, selepas mendengarkan kultum tarawih
suami, ibu merasa tidak enak badan, dan akhirnya memutuskan di bawa ke rumah
sakit, tak lama kemudian ibu pergi untuk selamanya. seperti ada pukulan berat
menghantam jiwa raga yang membuat saya tersadarkan akan hakikat hidup ini.
Sama seperti
ibu, kini saya pun menjadi ibu. Sama seperti ibu yang setia melayani bapak,
saya pun harus stia melayani keperluan
suami. Sama seperti ibu yang cekatan dalam mengurusi keperluan keluarga sampai
akhir hidupnya, dan saya pun harus berusaha semaksimal mungkin untuk
menjalankan peran keibuan dan istri sebagai medan jihadku saat ini. Kepergian
ibu pun mneyadarkan saya bahwa kematian sangat dekat, bisa datang secara
mendadak. Dan sering sekali saya bermimpi orang- orang sekitar termasuk
keluarga dekat satu persatu meninggalkan saya. Kepergian ibu semoga menjadi
Dzikrul maut bagi saya dan keluarga.
Teruntuk
suamiku tercinta, maafkanlah atas segala khilaf dan kekuranganku selama 6 tahun
kita bersama. Baru kusadari bahwa hadirku saat ini adalah ada dalam ridhomu.
Sebelum menikah memang kita banyak bersaing dalam prestasi. Saya dengan lantang
berkata “ Inilah Saya, saya adalah apa yang saya pikirkan. Sekarang dalam
balutan ijab kabul pernikahan saya akan tegas berkata “ inilah saya istrinya Rahmatullah
Ubay, saya adalah apa yang suami saya pikirkan. Saya akan begitu nyaman
beraktifitas jika telah mengantongi izin darimu. Maka mulai saat ini saya akan
bersungguh- sungguh menikmati peranku di dalam rumah sebagai istri dan ibu
untuk anak- anak kita. Semoga kekecewaanku padaku akan berubah dengan rasa
syukur tak bertepi. Amiin.
4 komentar:
Wahh, pengalamannya bisa dijadikan pelajaran, tengkyu kak untuk ceritanya 😊
Good experience...
Saya juga pernah berpikir tuk jadi IRT saja. Tetapi ternyata kerjaannya lebih berat...akhirnya saya urungkan niat & melanjutkan bekerja di luar rumah. Salam kenal kak...
www.feriyana.com
Aamiin.. salam rempong dan salam kenal sesama IRT mba :)
Posting Komentar