Hari ke- 7 , Tantangan 10 Hari " Komunikasi Produktif"
Bagaimana sih caranya berkomunikasi produktif dengan anak usia 3 tahun ?
Bagaimana sih caranya berkomunikasi produktif dengan anak usia 3 tahun ?
Senang
rasanya mendapat tugas tantangan 10 hari di kelas Bunda Sayang Institut Ibu
Profesional. Saya jadi lebih peka dengan kejadian harian di rumah dan menanti-nanti hal menantang terkait dengan
komunikasi produktif. Termasuk berkomunikasi
dengan anak tengahku Asyifa Latifa Rahma ( 3,5th) yang memiliki adik
usia 14 bulan dan kakak 5 tahun 8 bulan.
Bila
mendengar banyak komentar dari tetangga, saudara, keluarga dan teman-teman, saya
merasa kasihan pada Syifa karena sering dibandingkan dengan kakaknya yang
terkesan lebih baik darinya. Setiap ibu pasti ingin memberikan yang terbaik
untuk anak, berlaku adil, tidak membanding- bandingkan antara anak yang satu
dengan yang lainnya.
Pada
awalnya sayapun merasa kesal dan cape menghadapi Syifa yang sangat lengket pada
saya, menggelayuti badan seolah pohon jambu yang seru untuk dipanjati, mencari
perhatian lebih bila adiknya sedang menyusu. Sampai akhirnya saya pun menyadari
bahwa Syifa adalah anak balita yang juga butuh perhatian banyak dari uminya
sama saperti adik bayinya. Tapi saya merasa perlakuan saya pada Syifa masih
sangat butuh untuk dikoreksi. Seperti; masih memberikan susu dengan botol dot,
menyuapi makan nasi, belum bisa diberi instruksi maka membereskan mainan masih
jadi kegiatan rutinitas saya, lebih menahan Sifa untuk ikut dengan saya bila
kakaknya pergi bermain ke rumah saudara (seringnya Syifa yang minta sama umi
aja).
Adapun
untuk menenangkan Syifa saat menangis bila ditinggal Abinya atau kakaknya
bermain adalah hal yang mudah. Seperti kejadian beberapa hari terakhir. Di saat
Abi harus menemani Kakaknya lomba mewarnai, Syifapun menangis kencang ingin
ikut Abi. Dalam kondisi sepeti itu mungkin dia merasa “ Kok, ingin melihat
Kakaknya lomba saja saya tidak boleh…”. Maka untuk menenangkannya saya langsung
memeluknya tapi dia menolak dan terus meratapi kepergian motor abinya.
Perlahan- lahan saya terus membujuknya dengan aneka kegiatan menarik yang bisa
dia lakukan dengan saya di rumah. Akhirnya diapun mau menerima pelukan saya dan
tangisanpun berganti senyum ceria.
Ada
beberapa poin penting dari materi komunikasi porduktif kelas Bunda Sayang di
Institut Ibu Profesional, yang saya anggap perlu dilatih saat berhadapan dengan
Syifa:
1. *Keep Information Short & Simple (KISS)*
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.

“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya” ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)
2.
*Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Masih
ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja
ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan
komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi
bahasa tubuh

“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)

“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil
perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan
buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang
hati.
3.
*Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan*

“Nak, umi gak mau teteh ngompol terus, kasurnya jadi bau kan”

“Nak, Ibu ingin syifa pipis dulu sebelum tidur, dan bangunkan ibu bila tengah malam ingin pipis”
4.
*Fokus ke depan, bukan masa lalu*

“Kemarin teteh jatuh terpeleset mainan itu akibatnya bila tidak kembali membereskan maianan selepas bermain”

“Ayo kita antar pulang barbienya, dia mau istirahat dirumahnya di box, bair tetehnya bisa jalan dengan tenang, tidak terganggu oleh mainan yang bercecer”
5.
*Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”*
Otak
kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak
akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut.
Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita
malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan
sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk
mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA
menjalankannya.
6.
*Fokus pada solusi bukan pada masalah*

“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”

“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
7.
*Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan*
Berikanlah
pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu
dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan
asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik
pribadi anak tersebut.

“Waah
anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”

“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak,
bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh
sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”
8.
*Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman*

“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
9.
*Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi*

“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya bahagia sekali di sekolah, boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
10.
*Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang
menunjukkan empati*

"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"

kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?
11.
*Ganti perintah dengan pilihan*

“ Mandi sekarang ya kak!”

“Kak 30 menit lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi, baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
/Tim Bunda Sayang IIP/
0 komentar:
Posting Komentar