Allahumaghfirlahum,
warhamhum, wa ‘afihim, wa’fu anhum…. Do’aku panjatkan untuk Ibu mertua tercinta
yang telah mendahului menghadap ilahi. Kepergian beliau yang begitu indah telah
menyadarkan akan hakikat hidup ini. Hidup untuk mendapat ridho Allah semata
dengan berjuang dijalanNYa.
Tepatnya tanggal
12 Ramadhan 1437H/ 16 Juni 2016 Hari kamis malam Jum’at, dengan badan sehat ibu
melaksanakan shalat tarawih di masjid yang diakhiri dengan mendengarkan kultum
yang disampaikan oleh suamiku, dengan berbisik ke kawan sebelah beliau berkata “Alhamdulillah
itu anakku sekarang sudah bisa berdiri di depan orang banyak untuk berdakwah”.
Itulah malam terakhir ibu berjamaah di masjid.
Seusai sholat beliau tiba-tiba merasakan sakit
badan dan menyuruh saudara untuk mengeroknya. Tapi sakit tak kunjung reda bahkan
tambah sakit dan langsung dibawa ke rumah sakit oleh Teteh dan suaminya diikuti
mobil Bapak dibelakangnya dan adik yang hendak pergi ke mall serta merta
mengarahkan mobilnya menuju rumah sakit sambil menelepon adik dan 2 kakak yang rumahnya
di Cikande dan Bogor mengabarkan keadaan ibu. Beberapa menit berkumpulah
keluarga besar dirumah sakit menyaksikan kepergian ibu yang sangat tidak
tertuga.
Ibu mertuaku
yang amat memperhatikan kebutuhan anak-anaknya, tak pernah absen di dapur menjelang
waktu makan tiba, yang rajin mengingatkan anak- anaknya bila tiba waktu sholat,
yang selalu mengingatkan saya untuk shalat dan makan sambil mengambil bayi dari
pangkuanku agar saya khusuk dalam beribadah. Beliau adalah sosok bunda cekatan.
Kepergian ibu
begitu indah (insya Allah khusnul khotimah, amiin) sangat menggetarkan hatiku,
mengagetkan lamunanku tentang angan-angan dan canda gurau dunia. Ternyata hidup
hanya sebentar ya buu… adapun jika kita
berusia panjang, tentunya kebahagiaan kita tak terlepas dari kehadiran keluarga
terlebih anak-anak, kita hanya butuh kesholehan anak, dan itulah buah manis
hasil didikan kita sebagai orang tua. Yah, jihadnya ibu adalah di dalam rumah.
Ibu mertuakan telah membuktikannya.
Kepergian ibu mertua telah menuntunku untuk
berpikir positif dalam menghadapi masalah. Kini kupanjatkan Syukur
Alhamdulillah dapat bergabung menjadi mahasiswi Institut Ibu Profesional (IIP) pada
saat aku merasa berada pada kehidupan baru (baru menyadari keberadaanku saat
ini sebagai mujahidah di rumah) dan membutuhkan banyak dukungan untuk menjadi lebih
baik. Institut ini banyak memberikanku solusi dan menuntunku untuk menjadi ibu
profesional.
Di IIP saya
mendapatkan kata-kata indah yaitu “Berdamai dengan keadaan” baik itu keadaan
masa lalu diri dan suami, keadaan masa kini tentang rejeki harta, 3 anak dan keadaan yang di hadapan mata yaitu tingkah
anak-anak dan kondisi rumah yang tak bisa lama rapi. Kata- kata indah ini yang
membuatku menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi produktif pada diri sendiri,
dengan suami dan anak-anak.
Berdamai dengan
keadaan menciptakan pikiran positif. Pikiran positif menuangkan komunikasi
positif. Dan komunikasi positif menghasilkan komunikasi produktif. Luar biasa syukur Alhamdulillah di awal kelas
Bunda sayang ada tantangan 10 hari berkomunikasi produktif. Teknis nice game
ini adalah 10 hari berturut-turut menceritakan tentang perubahan komunikasi
menjadi komunikasi produktif yang dituangakan melalui tulisan. Adanya tugas ini
tanpa disadari menuntunku lebih waspada dalam berucap dan berperilaku yang bisa
menyebabkan komunikasi tidak produktif.
Semoga ke
depannya keluargaku lebih baik lagi dalam berkomunikasi produktif. Karena
komunikasi produktif menjadi kunci pintu kebersamaan (sakinah ma waddah)
keluarga menggapai impian (mendapat rahmah/ kasih sayang Allah). Sampai
akhirnya Allah memudahkan jalan kami menuju SyurgaNYa dan dapat berkumpul
bersama ibu mertua, Bapakku sendiri dan keluarga besarku semuanya. Amiin ya
robbal ‘alamiin
2 komentar:
Semoga ibu khusnul khatimah yaa kak. Aamiin.
Amiin... Terima kasih Kak Rinda..
Posting Komentar