Cemilan Rabu, 12 April 2017
🏵Adversity Intelligence for Successful Life (AIfSL)🏵
🖌Setelah 19 tahun melewati penelitian yang panjang & mengkaji lebih dari 500 referensi, Paul G. Stoltz mengemukakan satu kecerdasan baru selain IQ, EI, SI yakni AI. *AI (Adversity Intelligence)* adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. Bagaimana mengubah hambatan menjadi peluang.
AI dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang ketika menghadapi masalah rumit. Dengan kata lain AI menjadi indikator bagaimana seseorang dapat keluar dari kondisi yang penuh tantangan.
*Adversity Intelligence (AI)*berarti bisa juga disebut dengan *ketahanan atau daya tahan seseorang ketika menghadapi masalah*. Stein & Book (2004) menjelaskan bahwa ketahanan adalah kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan pasif mengatasi kesulitan. Ketahanan ini berkaitan dengan kemampuan untuk tetap tenang dan sabar, serta kemampuan menghadapi kesulitan dengan kepala dingin, tanpa terbawa emosi. Orang yang tahan menghadapi kesulitan akan menghadapi, bukan menghindari, tidak menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus asa.
AI berakar pada bagaimana kita merasakan tantangan-tantangan yang dihadapi. Orang yang memiliki AI lebih tinggi, tidak menyalahkan pihak lain atas kemunduran yang terjadi dan mereka bertanggung jawab untuk menyelesaikan tantangan. Ia selalu belajar dari kesalahan dan mengambil sisi positif dari setiap kejadian. Orang yang memiliki AI tinggi, berani mengambil resiko yang diperhitungkan.
📌Faktor-faktor yang mempengaruhi AI, yaitu:
1. Daya saing
Individu yang merespon kesulitan secara lebih optimis dapat diramalkan akan bersifat lebih agresif dan mengambil lebih banyak resiko.
2. Kreativitas
Orang yang tidak mampu menghadapi kesulitan menjadi tidak mampu bertindak kreatif. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang oleh hal-hal yang tidak pasti.
3.Motivasi
Orang yang AInya tinggi dianggap sebagai yang paling memiliki motivasi.
4. Mengambil Resiko
Individu yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif, bersedia mengambil banyak resiko. Resiko merupakan aspek esensial pendakian.
5. Perbaikan
Perbaikan terus-menerus perlu dilakukan supaya individu bisa bertahan hidup dan menjadi pribadi yang lebih baik.
6.Ketekunan
Ketekunan adalah kemampuan untuk terus menerus walaupun dihadapkan padakemunduran-kemunduran atau kegagalan.
7.Belajar
Anak dengan respon-respon yang pesimistis terhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan anak yang memiliki pola-pola yang lebih optimis.
📌Sebagai gambaran AI dalam diri seseorang, Stoltz memakai terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
➡Quitter (yang menyerah).
Para quitter adalah mereka yang sekadar bertahan hidup. Mereka mudah putus asa dan menyerah di tengah jalan.
➡Camper (berkemah di tengah perjalanan)
Mereka berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi risiko yang aman dan terukur. Cepat puas, dan berhenti di tengah jalan.
➡Climber (pendaki yang mencapai puncak).
Berani menghadapi risiko dan menuntaskan pekerjaannya. Merekalah yang berada di puncak.
📌Dimensi AI dapat kita pahami sebagai berikut :
💧C --> Control : Seberapa besar control yang kita rasakan saat dihadapkan pada persoalan yang sulit, bermusuhan atau berlawanan?
💧O2 --> Origin dan Ownership : Siapa atau apa yang menjadi asal muasal suatu kesulitan? Sejauh mana kita berperan memunculkan kesulitan?
💧R --> Reach : Seberapa jauh suatu kesulitan akan merembes ke wilayah kehidupan kita yang lain?
💧E --> Endurance : Berapa lama kesulitan akan berlangsung? Berapa lama penyebab kesulitan akan berlangsung?
📌Adapun cara mengembangkan dan menerapkan AI :
💧L --> Listened (dengar) respon kita dan temukan sesuatu yang salah
💧E --> Explored (gali) asal dan peran kita dalam persoalan ini
💧A --> Analized (analisalah) fakta-fakta dan temukan beberapa faktor yang mendukung kita
💧D --> Do (lakukan) sesuatu tindakan nyata
✳Hubungan AI dengan Sukses
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama.
*Pertama*, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen ,passion, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
*Kedua*, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
*Terakhir*, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya.
Dari ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dua dari tiga karakter orang sukses erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan. Mereka yang AI nya tinggi menjadi lebih sukses dalam kehidupan daripada mereka yang AI nya rendah.
Bagaimana dengan kita?
📚Sumber bacaan :
https://tisna2008.wordpress.com/2009/05/26/antara-iq-eq-dan-sq/amp/
https://personalityfajar.wordpress.com/tag/adversity-quotient/
https://personalityirine.wordpress.com
https://skripsipsikologie.wordpress.com/2010/07/17/pengertian-adversity-quotient/
https://nafismudrika.wordpress.com/2010/04/22/adversity-quotient-by-paul-g-stoltz/
0 komentar:
Posting Komentar