Di saat
saya tengah memikirkan keponakan yang bersikeras ingin pindah dari pondok
pesantren, suami malah bercerita “ Mi, nanti home Schoolingnya 1 tahun aja yaa
untuk pemantapan saja”, saya terkejut mendengarnya. “ Lhoh, kenapa bi…? Kok bisa
abi punya pemikiran kayak gitu, eh…” kata- kata pun sengaja tidak saya
lanjutkan karena memang informasi seputar home schooling belum sepenuhnya
diserap suami, karena mungkin saya yang kurang bisa menyampaikan, tapi memang
harus kita buktikan setidaknya 1 tahun.
“ Tadi
pagi Ghaida bilang, kalo Ghaida kangen di rumah yang dulu karena banyak teman
bermainnya, tidak seperti sekarang main hanya di rumah saja, ada teman paling saudara.
Di TPQ hanya punya teman 1 orang”. Ternyata suami khawatir akan bersosialisasi
Ghaida dengan teman sebayanya. Semoga Allah membimbing kami dalam mendampingi
Ghiada selama 1 tahun kedepan.
Sayapun
terus merenungi ucapan suami sampai akhirnya mata tertuju pada Ghaida yang
sedang bermain berbie. Astaghfirullahal adziim… ternyata belakang ini saya
kurang membersamai Ghaida dalam bermain. Langsung sya menghampiri dan bermbaur
turut bermain sampai tiba menit yang tepat untuk menanyakan cerita dari suami. “
Kakak lagi kangen rumah yang dulu yaa.. ?”, “ iya mi… di sana enak banyak temen
main”. “Tapi beberapa kali umi perhatikan, walaupun mereka banyak tapi jarang
ngajak main Kakak, umi jadinya sedih kak, kalau kakak gak diajak main oleh
teman- teman Kakak waktu di rumah dulu, Kakak sekarang walau temannya sedikit,
tapi di rumah Umi akan selalu temani kakak bermain, oke?! “ ujarku menghibur, “ iya juga siih mi…”. kalau
gitu sekarang Kakak gak akan sedih lagi lagi dech…”,
Ya Allah
mampukanlah kami dalam membersamai anak- anak. Jika Home Schooling adalah
pilihan terbaik untuk Ghaida, maka mudahkanlah bagi kami untuk menjalaninya.
Amiin.
Komunikasi
Produktif yang digunakan saat percakapan itu adalah “ menghibur Ghaida di saat
yang tepat”. Karena sebelumnya saya suka langsung to the poin tanpa melihat
situasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar